Yaitu cara menanam porang yang baik dan mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas.
Misalnya, Agustinus belajar bahwa menanam porang dengan sistem terasering hasilnya lebih bagus.
Begitu juga dengan pemupukan yang lebih baik dilakukan secara alamiah dari daun-daun kering.
Hal lain adalah porang ditanam di tanah gembur. Jika tidak, isi porang tidak berkembang. Bebatuan kecil dan akar kayu harus dikeluarkan dari tanah.
Jarak tanam antara benih itu sekitar 60 sentimeter. Baiknya tidak mencampur tanaman porang dengan tumbuhan lain, karena jika berimpit dengan tumbuhan lain berpotensi tidak berkembang.
Tanaman kemiri tidak boleh ada di kebun porang. Sebab menurut dia bisa menyebabkan tanaman porang tidak berkembang karena penuh dengan akar.
Kuncinya agar porang berkualitas, kata Agustinus, jangan memberi pupuk kimia atau menyemprot dengan obat-obatan kimia.
"Dulu saya jual ke Jawa. Hasil penjualannya saya memperoleh uang dari Rp 30 juta sampai Rp 50 juta. Ada seorang petani di Lendo yang mengikuti apa yang saya lakukan memperoleh uang Rp 70 juta," ujar Agustinus.
Saat ini Agustinus juga aktif mengajarkan para petani di desanya cara menanam porang hingga memiliki kualitas dan nilai jual yang tinggi. (Penulis Kontributor Manggarai, Markus Makur | Editor Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.