Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Agustinus Menanam Porang, Pernah Belajar ke Jepang, hingga Dapat Rp 50 Juta dari Panen

Kompas.com - 14/04/2021, 16:56 WIB
Markus Makur,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Agustinus Adil (49), seorang petani tanaman porang bisa magang ke Jepang untuk belajar tentang pengolahan tanaman porang langsung di sejumlah perusahaan pengolahan porang di Negeri Sakura selama 9 bulan pada 2020 lalu.

Agustinus merupakan petani di Kampung Lendo, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. 

Agustinus sudah kembali ke kampungnya untuk menerapkan hasil magangnya pada Desember 2020 lalu.

Kisah Agustinus bisa beruntung magang di Jepang berawal dari menanam tanaman porang di kebunnya di Kampung Lendo, wilayah pelosok Kabupaten Manggarai Timur, pada 2010 silam.

Awalnya, dirinya menanam 30 tanaman saja, yang kini sudah berkembang menjadi puluhan ribu di 8 hektare kebun porang miliknya.

Baca juga: Berkat Menanam Porang, Warga di Desa Ini Keluar dari Kemiskinan, bahkan Bisa Beli Mobil dan Rumah

Dahulu, cerita Agustinus, orang belum begitu tertarik menanam tanaman porang. Tanaman porang menjadi tanaman liar yang tersebar di hutan dan kebun milik warga.

Sebab, belum diketahui manfaat tanaman porang, sampai akhirnya banyak pembeli yang mencari untuk diekspor ke luar negeri.

"Saya terus tekun dan fokus menanam tanaman porang di kebun. Saya hanya mengembangkan tanaman porang secara mandiri. Hingga awal 2020, seorang Pastor Paroki Mbata, Romo Bernardus Palus, melirik tanaman porang saya dengan melihat langsung di kebunnya," kata Agus, lewat sambungan telepon kepada Kompas.com, Rabu (14/4/2021).

Pastor Palus lalu memberi tahu relasinya di Jakarta, yang akhirnya tertarik membeli dan memesan tanaman porang Agus.

"Awalnya, saya tak terduga ditawar oleh imam itu untuk magang di Jepang 2020. Akhirnya saya memutuskan untuk menerima tawaran itu untuk belajar langsung cara mengolah bahan-bahan porang untuk berbagai keperluan produk makanan, minuman di Jepang. Segala administrasi, seperti paspor untuk ke Jepang diurus oleh imam itu. Maret 2020, saya berangkat ke Jepang," ujar dia.

Selama di Jepang, ia mengaku belajar langsung di pabrik pengolahan porang menjadi produk makanan, minuman.

"Kampung Lendo sudah dikenal di Jepang sebagai kampung penghasil tanaman porang di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Impian saya, NTT dijadikan provinsi tanaman porang," kata dia.

 

Cara Agustinus tanam porang

Agustinus Adil mengatakan, dia menanam porang dengan sistem terasering karena dari pengalamannya, hasilnya lebih bagus.

Pemupukannya dilakukan secara alamiah dari daun-daun kering.

"Dulu saya ambil benih dari hutan karena ini tanaman liar yang tak diperhitungkan oleh warga di Kampung Lendo," ujar dia.

Hasil belajar di Jepang, porang ditanam di tahan gembur. Jika tidak, isi porang tidak berkembang. Bebatuan kecil dan akar kayu harus dikeluarkan dari tanah.

Jarak tanam antara benih itu sekitar 60 sentimeter. Baiknya tidak mencampur tanaman porang dengan tumbuhan lain, karena jika berhimpit dengan tumbuhan lain berpotensi tidak berkembang.

Tanaman kemiri tidak boleh ada di kebun porang, sebab menurut dia bisa menyebabkan tanaman porang tidak berkembang karena penuh dengan akar.

Namun, disela tanaman porang, bisa ditanami tanaman seperti jahe dan cabe. 

Agus mengaku benih biji katak porang dari hutan sebagai benih menanam porang.

Biji katak porang adalah buah yang tumbuh di antara batang tanaman porang, yang bisa dijadikan bibit.

Baca juga: Berkat Menanam Porang, Warga di Desa Ini Keluar dari Kemiskinan, bahkan Bisa Beli Mobil dan Rumah

"Modal awal menanam porang, beberapa tahun lalu saya dengar cerita ada pedagang yang beli isi porang dengan harga Rp 500, kemudian harganya naik. Saat itu, saya berpikir bahwa tanaman ini menguntungkan bagi masa depan saya. Saya lihat dan ambil benih di hutan. Saya ambil biji katak (porang) untuk bibitnya," ujar dia.

Dari pengalamannya menanam, tanaman porang sangat cocok di segala cuaca. Saat musim hujan, tanaman porang bisa tumbuh sendiri.

Saat musim kemarau, porang tidak tumbuh. Tetapi, kata dia, bukan berarti mati. Sebab, ketika musim hujan, porang tersebut bakal tumbuh lagi.

Tanaman porang menurut dia juga jarang terkena penyakit. Jarang ada hama di porang.

Kuncinya agar porang berkualitas, kata Agustinus, jangan memberi pupuk kimia atau menyemprot dengan obat-obatan kimia.

"Dulu saya jual ke Jawa. Hasil penjualannya, saya memperoleh uang dari Rp 30.000.000; sampai Rp 50.000.000. Ada seorang petani di Lendo yang mengikuti apa yang saya lakukan memperoleh uang Rp 70.000.000," ujar Agus.

Dia menyebut, satu hektare lahan bisa ditanami 16.000 benih biji katak porang.

Saat ini, di Kampung Lendo total sudah 35 hektare kebun porang. Jika dikali 16.000 benih per hektare, berarti ada 560.000 tanaman porang.

Menurut Agus, satu tanaman porang bisa menghasilkan 1 sampai 3 umbi porang, biasanya memiliki berat 5 kilogram per buah. 

Bentuk kelompok tani porang

Kini, Agustinus menjadi guru untuk melatih langsung petani menanam porang. Pertama, warga membentuk kelompok tani.

Melatih petani secara langsung di kebun. Teori sedikit, praktik lebih banyak langsung di kebun.

Pertama-tama, kelompok membangun terasering di lereng-lereng bukit, lalu menanam bibit porang.

Baca juga: Menanam Porang Tanpa Modal, tapi Bisa Raup Untung Ratusan Juta Rupiah, Ini Rahasianya

Saat ini, kata dia, kelompok tani di Desa Gunung Baru dan Rana Mbata sudah giat menanam porang secara berkelompok di lahan-lahan masing.

Petani sangat kewalahan mendapatkan benih porang. Yang ditanam saat ini dicabut saja dari hutan.

Ia mengatakan, pemasaran tanam porang di luar negeri bisa hingga ke Jepang, China, Thailand dan sejumlah negara di Asia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Regional
Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Regional
Ribuan Warga di 7 Desa di Lebong Bengkulu Tolak Direlokasi, BPBD: Ancaman Bencana Tinggi

Ribuan Warga di 7 Desa di Lebong Bengkulu Tolak Direlokasi, BPBD: Ancaman Bencana Tinggi

Regional
Perbaiki Lampu, Anggota DPRD Kubu Raya Meninggal Tersengat Listrik

Perbaiki Lampu, Anggota DPRD Kubu Raya Meninggal Tersengat Listrik

Regional
Diisukan Bakal Ikut Maju Pilkada, Kapolda Jateng: Itukan Urusan Partai

Diisukan Bakal Ikut Maju Pilkada, Kapolda Jateng: Itukan Urusan Partai

Regional
Semua Guru di Kabupaten Semarang Bayar Iuran demi Pembangunan Gedung PGRI

Semua Guru di Kabupaten Semarang Bayar Iuran demi Pembangunan Gedung PGRI

Regional
Kasus Kekerasan Perempuan di Solo Meningkat 5 Tahun Terakhir

Kasus Kekerasan Perempuan di Solo Meningkat 5 Tahun Terakhir

Regional
Kasus Mayat Wanita Ditemukan Jadi Kerangka di Wonogiri, Kekasih Korban Jadi Tersangka

Kasus Mayat Wanita Ditemukan Jadi Kerangka di Wonogiri, Kekasih Korban Jadi Tersangka

Regional
Pj Gubernur Fatoni Ungkap 2 Langkah Pencegahan Korupsi di Provinsi Sumsel

Pj Gubernur Fatoni Ungkap 2 Langkah Pencegahan Korupsi di Provinsi Sumsel

Regional
Gunung Ile Lewotolok Alami 334 Kali Gempa Embusan dalam Sehari

Gunung Ile Lewotolok Alami 334 Kali Gempa Embusan dalam Sehari

Regional
Ganjar Tak Datang Penetapan Prabowo Gibran

Ganjar Tak Datang Penetapan Prabowo Gibran

Regional
Kapasitas Pasar Mardika Muat 1.700 Pedagang, Disperindag: Kami Upayakan yang Lain Tertampung

Kapasitas Pasar Mardika Muat 1.700 Pedagang, Disperindag: Kami Upayakan yang Lain Tertampung

Regional
Di Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Arief Minta Guru Jadi Agen Transformasi dalam Ekosistem Pendidikan 

Di Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Arief Minta Guru Jadi Agen Transformasi dalam Ekosistem Pendidikan 

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com