Agustinus Adil mengatakan, dia menanam porang dengan sistem terasering karena dari pengalamannya, hasilnya lebih bagus.
Pemupukannya dilakukan secara alamiah dari daun-daun kering.
"Dulu saya ambil benih dari hutan karena ini tanaman liar yang tak diperhitungkan oleh warga di Kampung Lendo," ujar dia.
Hasil belajar di Jepang, porang ditanam di tahan gembur. Jika tidak, isi porang tidak berkembang. Bebatuan kecil dan akar kayu harus dikeluarkan dari tanah.
Jarak tanam antara benih itu sekitar 60 sentimeter. Baiknya tidak mencampur tanaman porang dengan tumbuhan lain, karena jika berhimpit dengan tumbuhan lain berpotensi tidak berkembang.
Tanaman kemiri tidak boleh ada di kebun porang, sebab menurut dia bisa menyebabkan tanaman porang tidak berkembang karena penuh dengan akar.
Namun, disela tanaman porang, bisa ditanami tanaman seperti jahe dan cabe.
Agus mengaku benih biji katak porang dari hutan sebagai benih menanam porang.
Biji katak porang adalah buah yang tumbuh di antara batang tanaman porang, yang bisa dijadikan bibit.
Baca juga: Berkat Menanam Porang, Warga di Desa Ini Keluar dari Kemiskinan, bahkan Bisa Beli Mobil dan Rumah
"Modal awal menanam porang, beberapa tahun lalu saya dengar cerita ada pedagang yang beli isi porang dengan harga Rp 500, kemudian harganya naik. Saat itu, saya berpikir bahwa tanaman ini menguntungkan bagi masa depan saya. Saya lihat dan ambil benih di hutan. Saya ambil biji katak (porang) untuk bibitnya," ujar dia.
Dari pengalamannya menanam, tanaman porang sangat cocok di segala cuaca. Saat musim hujan, tanaman porang bisa tumbuh sendiri.
Saat musim kemarau, porang tidak tumbuh. Tetapi, kata dia, bukan berarti mati. Sebab, ketika musim hujan, porang tersebut bakal tumbuh lagi.
Tanaman porang menurut dia juga jarang terkena penyakit. Jarang ada hama di porang.
Kuncinya agar porang berkualitas, kata Agustinus, jangan memberi pupuk kimia atau menyemprot dengan obat-obatan kimia.
"Dulu saya jual ke Jawa. Hasil penjualannya, saya memperoleh uang dari Rp 30.000.000; sampai Rp 50.000.000. Ada seorang petani di Lendo yang mengikuti apa yang saya lakukan memperoleh uang Rp 70.000.000," ujar Agus.
Dia menyebut, satu hektare lahan bisa ditanami 16.000 benih biji katak porang.
Saat ini, di Kampung Lendo total sudah 35 hektare kebun porang. Jika dikali 16.000 benih per hektare, berarti ada 560.000 tanaman porang.
Menurut Agus, satu tanaman porang bisa menghasilkan 1 sampai 3 umbi porang, biasanya memiliki berat 5 kilogram per buah.