Setelah diperhalus, dia terlebih dulu menggambar di kertas untuk konsep pahatan yang akan dibentuk.
Hasil gambaran tersebut yang akan menjadi contoh bentuk batu yang akan dipahat.
"Jadi, harus ada gambarannya dulu seperti apa batu yang akan dibentuk. Proses gambar pun harus teliti dengan ukurannya tepat, tidak boleh salah meskipun satu sentimeter. Karena, akan berpengaruh pada hasil akhirnya," ujarnya.
Semua pekerjaan tersebut, dilakukan dengan cara manual.
Baca juga: Dalam Sepekan, Gunung Merapi Keluarkan 13 Awan Panas dan 119 Guguran Lava
Menurutnya, pengerjaan tanpa bantuan mesin akan membuat kualitas dari pahatan batu lebih kuat meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama untuk penyelesaiannya.
Sebagai perbandingan, untuk membuat pahatan batu bentuk gapuro yang dipakai sebagai gerbang pintu masuk jika dikerjakan secara manual menghabiskan waktu hingga empat bulan lamanya.
Sedangkan, jika dibantu mesin hanya membutuhkan satu bulan saja.
"Beda sekali yang dikerjakan dengan tangan langsung sama dibantu mesin. Karena, batunya akan lebih kuat dan tahan lama dengan dikerjakan manual. Makanya sejauh ini, terus mengutamakan kualitas," tuturnya.
Atas kegigihan dan keuletannya untuk mengedepankan kualitas, batu-batu pahatannya pun dilirik pasar asing.
Sedangkan untuk pasar dalam negeri, batu-batunya sudah terjual ke berbagai pelosok negeri mulai dari daerah Jakarta, Surabaya, Solo, Makasar, hingga Bali.