Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tercemar Minyak Kelapa Sawit, Air Sungai Mahakam Tak Bisa Dikonsumsi dan Ikan di Tambak Mati

Kompas.com - 13/04/2021, 18:54 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Tumpahnya minyak kelapa sawit di Simpang Pasir, Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, membuat warga setempat tak bisa gunakan air baku Sungai Mahakam untuk konsumsi.

Begitu juga dengan budidaya ikan nelayan di tambak, mati dan mengapung.

Mardiana seorang warga setempat mengaku tak bisa gunakan air Sungai Mahakam untuk mandi, mencuci dan lainnya setelah kapal pengangkut minyak kelapa sawit tenggelam.

"Iya sangat merugikan. Merugikan sekali. Karena setiap harinya kita mengambil air dari sungai. Maunya ditindaklanjuti. Pemerintah harus turun tangan, bagaimana caranya biar segera bersih," ungkap Mardiana kepada Kompas.com, Selasa (13/4/2021).

Baca juga: Kapal Pengangkut Minyak Kelapa Sawit Tenggelam, Air Sungai Mahakam Jadi Oranye

Diketahui, Sabtu (10/4/2021), kapal SPOB (self propelled oil barge) Mulia Mandiri bermuatan diduga ratusan ton minyak sawit (crude palm oil/CPO) tumpah di perairan Sungai Mahakam, Samarinda, tepatnya di Simpang Pasir, Kecamatan Palaran, saat kapal itu tenggelam.

Seketika perairan Sungai Mahakam berubah jadi warna oranye dipenuhi minyak sawit.

Kondisi perairan Sungai Mahakam, Samarinda, yang tercemar minyak kelapa sawit, Sabtu (10/4/2021). Dok. Basarnas Kaltim Kondisi perairan Sungai Mahakam, Samarinda, yang tercemar minyak kelapa sawit, Sabtu (10/4/2021).

Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kaltim, sebaran tumpahan minyak itu sejauh tujuh kilometer dari titik terjauh ke arah hilir sungai berdasarkan pantauan menggunakan drone dan Google Maps.

Sebanyak tujuh ABK berhasil selamat setelah berhasil berenang ke darat, sementara satu orang tenggelam dan meninggal dunia.

Jasadnya ditemukan esoknya, setelah kejadian sejauh tiga kilometer dari titik tenggelam kapal.

Baca juga: 7 Kilometer Kawasan Sungai Mahakam Terdampak Tumpahan Minyak Kelapa Sawit

Lurah Simpang Pasir Armansyah menuturkan, warga yang bermukim di sepanjang tepi Sungai Mahakam rata-rata menggunakan air baku Sungai Mahakam untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena itu, tumpahan minyak itu sangat merugikan mereka.

"Itu (tumpahan minyak sawit) jelas merugikan warga sekitar," ungkapnya saat dihubungi Kompas.com.

Kondisi perairan Sungai Mahakam, Samarinda, yang tercemar minyak kelapa sawit, Sabtu (10/4/2021). Dok. Basarnas Kaltim Kondisi perairan Sungai Mahakam, Samarinda, yang tercemar minyak kelapa sawit, Sabtu (10/4/2021).
Kendati demikian, dia belum bisa menghimpun total masyarakat Simpang Pasir terdampak atas peristiwa itu, karena sedang sakit.

Tumpahan minyak tak hanya di perairan sekitar Simpang Pasir. Sebarannya sampai ke Kelurahan Rawa Makmur. 

Lurah Rawa Makmur, Rudi Aries mengatakan pihaknya sudah menghimpun total masyarakat terdampak.

"Sekitar 50-an kepala keluarga yang bermukim di tepi sungai terdampak," kata dia.

Baca juga: Ratusan Ton Minyak Kelapa Sawit Tumpah di Sungai Mahakam

Rudi mengatakan warga yang ada di tepi sungai rata-rata menggunakan air untuk mandi, mencuci bahkan minum.

"Air sungai itu dipakai minum. Mereka tampung di drum atau tandom, diberi obat kemudian dijadikan sumber air minum," terang dia saat dihubungi Kompas.com.

Sebagai alternatif selama sungai tercemar minyak, warga terpaksa menggunakan sisa persediaan air yang ada dan membeli ketika persediaan mulai kosong.

Dampak lain, kata Lurah, beberapa warga yang punya budidaya ikan juga mati terapung.

Baca juga: Korupsi Migas Blok Mahakam, Kejati Kaltim Geledah Kantor PT MGRM di Jakarta

"Sejauh ini kami sudah ada laporan dari satu warga, namanya Pak M Ali Bagong, beliau punya beberapa tambak ikan pada mati mengapung," terang dia.

"Dan kami yakin beberapa warga yang lain punya tambak juga punya keluhan sama. Tapi kami masih himpun informasi," sambung dia.

Situasi terkini, kata Lurah, sudah air sungai sudah relatif bersih karena perusahaan di sekitar bantaran sungai, tim relawan dan pemerintah serta pihak terkait sudah membersihkan.

Hanya saja, kualitas air belum kembali normal.

Karena sisa-sisa percampuran minyak dan air masih ada. Karena itu, belum bisa digunakan warga, begitu pun kegiatan untuk tambak ikan.

"Jadi butuh waktu lama baru kualitas airnya bisa kembali normal," terang dia.

Baca juga: Jaringan Internet Jelek, Kepala Daerah Terpilih Mahakam Ulu Kaltim Tak Bisa Ikut Pelantikan Virtual

Perihal kerugian yang dialami warga, Rudi mengatakan kelurahan siap memfasilitasi jika warga melapor bentuk dan besaran kerugian kemudian disampaikan ke pihak perusahaan pemilik kapal dan minyak sawit untuk ganti rugi.

"Kami siap dampingi warga untuk disampaikan ke perusahaan untuk diakomodasi sebagai bentuk tanggung jawab. Kami masih himpun keluhan masyarakat," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer 'Rossby Ekuator'

BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer "Rossby Ekuator"

Regional
Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut 'Cuci Uang' Hasil Narkoba

Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut "Cuci Uang" Hasil Narkoba

Regional
Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Regional
Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Regional
Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Regional
Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Regional
Soal Nama yang Akan Diusung di Pilkada Semarang, DPC Partai Demokrat Tunggu Petunjuk

Soal Nama yang Akan Diusung di Pilkada Semarang, DPC Partai Demokrat Tunggu Petunjuk

Regional
Musrenbang RPJPD Banten 2025-2045, Pj Gubernur Al Muktabar: Fokuskan pada Pencapaian Indonesia Emas 2045

Musrenbang RPJPD Banten 2025-2045, Pj Gubernur Al Muktabar: Fokuskan pada Pencapaian Indonesia Emas 2045

Regional
Calo Tiket Bus yang Ancam Penumpang di Pelabuhan Merak Sudah Beroperasi 3 Bulan

Calo Tiket Bus yang Ancam Penumpang di Pelabuhan Merak Sudah Beroperasi 3 Bulan

Regional
Rektor UIN Salatiga Bantah Mahasiswanya Ikut Program Ferienjob di Jerman

Rektor UIN Salatiga Bantah Mahasiswanya Ikut Program Ferienjob di Jerman

Regional
4 Kecamatan di Demak Masih Terdampak Banjir, Balai Desa Wonorejo Tergenang

4 Kecamatan di Demak Masih Terdampak Banjir, Balai Desa Wonorejo Tergenang

Regional
Anggota DPRD Seluma Bengkulu Demo Dewan Lainnya yang 'Malas'

Anggota DPRD Seluma Bengkulu Demo Dewan Lainnya yang "Malas"

Regional
Masuk Daerah Rentan Korupsi, KPK Minta Pemkot Semarang Perbaiki Sektor Barang dan Jasa

Masuk Daerah Rentan Korupsi, KPK Minta Pemkot Semarang Perbaiki Sektor Barang dan Jasa

Regional
Tilap Dana Desa Rp 592 Juta, Kades di Kuansing Riau Ditangkap

Tilap Dana Desa Rp 592 Juta, Kades di Kuansing Riau Ditangkap

Regional
Tak Sesuai yang Dijanjikan, 27 Mahasiswa Unnes yang Ikut Program Ferienjob Diminta Pulang ke Indonesia

Tak Sesuai yang Dijanjikan, 27 Mahasiswa Unnes yang Ikut Program Ferienjob Diminta Pulang ke Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com