BORONG,KOMPAS.com - Saat ayam berkokok menjelang fajar, siswa kelas III Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Kota Komba, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), sibuk mempersiapkan diri.
Mereka mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) berbasis digital yang digelar di Bukit Wokonggoro, Senin (12/4/2021).
Ujian itu terpaksa digelar di sebuah bukit yang berjarak sekitar 500 meter dari sekolah mereka karena keterbatasan jaringan internet. Mereka tak bisa mengakses internet di sekolah.
Internet yang stabil dan bisa dipakai untuk mengikuti ujian berbasis digital ditemukan di Bukit Wokonggoro. Beberapa waktu lalu, guru dan siswa telah menggelar try out di bukit tersebut.
Salah satu siswa, Maria Yulia Vitania Srinanta mengatakan, dirinya bangun sekitar pukul 04.00 Wita. Ia menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk ujian, seperti mengecas ponsel dan menyarap.
Setelah memastikan pakaian sekolah terpasang rapi dan memakai masker, ia berjalan ke lokasi ujian di Bukit Wokonggoro.
Baca juga: Pesan Kadisdik Papua kepada KKB: Guru yang Kalian Bunuh Itu Ingin Menyelamatkan Anak-Anak Kalian...
"Kami jalan kaki satu setengah jam hingga tiba di Bukit Wokonggoro sebelum ujian berlangsung, ujian dimulai jam 07.30 Wita," kata Srinanta kepada Kompas.com, usai mengikuti ujian, Senin.
Srinanta yang ditemani siswa lainnya, Mari Yenya Dorlin, bercerita ponsel dan paket data internet dibelikan orangtua mereka. Mereka tak menerima bantuan pulsa dari sekolah.
Ujian mata pelajaran bahasa Indonesia dan agama itu berjalan lancar. Cuaca mendukung penyelenggaraan ujian yang dilakukan di bawah tenda darurat itu.
Srinanta dan Dorlin berpesan agar pemerintah membangun jaringan internet di masa depan. Sehingga, adik kelas mereka tak perlu berjalan ke atas bukit untuk mengikuti ujian akhir sekolah berbasis digital.
"Cukup kami yang sengsara dengan penyesuain ujian digital yang dilaksanakan di tengah hutan di bukit Wokonggoro di bawah tenda darurat. Untung hari ini tidak hujan. Kalau hujan turun, entah di mana lagi kami melaksanakan ujian akhir berbasis digital," kata mereka.
Kedua siswa itu berharap pemerintah memberi bantuan komputer untuk sekolah sebagai sarana ujian. Sebab, mereka terkendala bateria ponsel dan jaringan internet yang kadang-kadang bermasalah saat ujian di bukit tersebut.
Hal itu dilakukan karena jarak kampungnya ke sekolah sekitar 10 kilometer. Saat ujian, Febrias meminjam ponsel milik saudaranya agar bisa mengikuti ujian.
Febrias mengaku senang mengikuti ujian di bukit tersebut karena bisa menikmati udara segara. Ia tak merasa terganggu dengan ruang terbuka di bawah tenda darurat.
Kepala Sekolah SMPN 4 Kota Komba, Fidelis Ambon menjelaskan, sejumlah siswa meminjam ponsel milik orangtua mereka.
"Harapan kami bantuan handphone afirmasi yang disebut BOS afirmasi, syukur-syukur kalau dapat bantuan laptop. Selanjutnya cukup kali ini diselenggarakan ujian di gunung. Minta bantuan jaringan internet agar bisa melaksanakan ujian di sekolah," kata Fidelis di lokasi.
Baca juga: Siswa SMP Ikuti Try Out di Puncak Bukit, Kadis Pendidikan: Ini Risiko Ujian Berbasis Komputer
Ketua Panitia UAS berbasis digital, Yohanes Baeng menjelaskan, siswa sangat antusias mengikuti ujian tersebut. Sejauh ini, kendala penyelenggaraan ujian hanya sinyal internet.
"Pakai jaringan 4G. Soalnya dikirim lewat google form, soal ada berbentuk video, foto dan teks," jelasnya.
Baeng menjelaskan, orangtua siswa terlibat aktif dalam persiapan penyelenggaraan ujian akhir seklolah berbasis digital itu. Orangtua, siswa, dan guru, sudah membangun tenda darurat di Bukit Wokonggoro pada Sabtu (12/4/2021).
Mereka memikul kursi dan meja sebanyak 50 buah. Selain itu, sejumlah orangtua siswa juga membeli paket data internet agar anaknya tak mengalami kendala selama ujian.
Ketua Komite SMPN 4 Kota Komba, Hilarius Asa mengatakan, ujian akhir sekolah yang dialaimi siswa merupakan yang paling sengsara di Indonesia. Menurutnya, perubahan tekonologi dengna akses internet memang baik.
Namun, 47 siswa SMPN 4 Kota Komba harus melaksanakan ujian di tengah hutan Bukit Wokonggoro.
"Ini sangat baru dengan model ujian berbasis digital. Ujian berbasis digital tidak didukung dengan jaringan internet dari pemerintah. Kami orangtua juga menyesuaikan perintah dari pemerintah. Orangtua membeli handphone serta pulsa untuk akses internet," jelasnya
Hilarius berharap, hanya tahun ini ujian digelar di Bukit Wokonggoro.
"Bersyukur cuaca mendukung untuk ujian hari pertama. Kalau cuaca buruk, entah siswa dan siswi melaksanakan ujian di mana. Selain itu dukungan penuh orangtua murid untuk membangun tenda darurat di bukit," jelasnya.
Baca juga: Jembatan Putus Dihantam Banjir, Warga Malaka Meniti Kabel untuk Menyeberangi Sungai
Hilarius mengatakan, orangtua murid aktif mendukung penyelenggaraan ujian itu.
"Selama ujian berlangsung saya selalu berada di sekitar lokasi ujian sampai selesai," jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Manggarai Timur, Basilius Teto menambahkan, pihaknya tak bisa berbuat banyak dengan keterbatasan sinyal internet di wilayah pedalaman itu.
Ia menegaskan, pemerintah terus memikirkan cara untuk memenuhi jaringan internet secara bertahap di wilayah itu.
"Pemerintah berterima kasih atas inisiatif guru-guru di lembaga pendidikan SMP agar pelaksanaan ujian berbasis digital berjalan lancar," kata Basilius saat dikonfirmasi, Senin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.