Menurutnya, jahe bukan komoditas pangan prioritas sehingga belum ada aturan yang melarang masuknya jahe impor.
Namun pemerintah beralasan masuknya jahe impor untuk menetralkan harga jahe di pasaran, rasanya terlalu mengada-ada.
Harusnya pemerintah mengambil kebijakan dengan perspektif melindungi petani, boleh impor kalau kebutuhannya memang tidak cukup, bukan untuk menekan harga.
"Kebutuhan jahe kita cukup, kenapa harus impor, gak habis pikir juga kita. Apa aja ku rasa, pemerintah gak bisa lihat petani senang. Kalau menurut konsumen atau industi harga terlalu tinggi, kan bisa diatur. masak harus sikit-sikit impor," katanya lagi.
Beruntungnya Nando, dia tidak terlilit utang, sementara petani lain kebingungan membayar cicilan yang tak peduli situasi sedang terjepit.
Nando menggunakan modal sendiri, namun harga anjlok membuatnya mengurangi proses pemupukan yang maksimalnya lima kali dalam satu kali tanam menjadi tiga atau empat kali.
"Pemupukan kita hemat, kalau gak hancur nanti, kalo modal yang kita tekan, produksi akan menurun. Sekarang kita mikirnya, modal balik, bisa diputar lagi untuk nanam," ujarnya.
Banyak petani lain yang meminjam uang untuk modal menanam, pikirannya akan gampang mengembalikan utang jika harga tidak terganggu.
Ternyata perkiraan itu jauh melesat, terbalik semuanya. Nando bilang, jahe berharga karena Corona, bukan berarti petani mengambil kesempatan ini, tapi seharusnya kesempatan ini digunakan untuk menyejahterakan petani.
"Terbuktilah, banyak di sini yang berubah hidupnya dari jahe, yang tadinya naik kereta (sepeda motor), sekarang jangankan satu, dua pun mobilnya. Tapi, kalau kondisinya terus begini, ya tak akan begitu lagilah," katanya tertawa.
Salah satu pasar modern di Kota Medan, jahe putih dihargai Rp 26.000 per kilogram. Bagi pelaku usaha produk olahan jahe, anjloknya harga menjadi keuntungan sebab modal jadi murah.
Etty dan Ari Lubis membenarkan ini, namun keduanya memilih berpihak kepada petani, tidak mengambil kesempatan penumpuk bahan baku.
"Kalau harga turun, artinya produksi bisa lebih murah, tapi kan tidak fair... Petani juga harus untunglah," kata pria yang menjual bubuk jahe siap seduh seharga Rp 35.000 untuk 250 gram ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.