KOMPAS.com - Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri mengecam keras tindakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menembak mati dua guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, beberapa hari lalu.
Fakhiri mengatakan, seluruh pihak seharusnya bersyukur karena masih ada guru yang mau bertugas di wilayah itu.
Kapolda Papua itu mengingatkan pentingnya peran para guru, tenaga medis, dan pekerja kemanusiaan di pedalaman Papua.
Mereka rela melayani masyarakat setempat. Padahal, wilayah itu berada di pedalaman.
"Apalagi di daerah pelosok seperti di Beoga itu. Jarang ada guru yang mau berdinas di daerah-daerah seperti itu. Harusnya mereka melindungi, bukan malah membunuh guru-guru itu," kata Fakhiri di Timika seperti dikutip dari Antara, Senin (12/4/2021).
Fakhiri juga membantah tudingan KKB tentang guru yang menjadi korban merupakan mata-mata TNI dan Polri.
Baca juga: Pesan Kadisdik Papua kepada KKB: Guru yang Kalian Bunuh Itu Ingin Menyelamatkan Anak-Anak Kalian...
Fakhiri menilai, perbuatan KKB menembak mati dua guru itu tidak berperikemanusiaan.
"Jangan mengaitkan ke hal-hal yang lain. Mereka yang melakukan tindakan itu adalah orang-orang yang tidak berperikemanusiaan, saya mau katakan bahwa perbuatan mereka sangat biadab," ujar Irjen Fakhiri.
Kapolda Papua menegaskan, guru tersebut sangat berjaga mencerdaskan generasi muda di pedalaman Papua.
"Kedua korban itu merupakan guru. Guru-guru ini hadir di sana untuk mencerdaskan generasi muda," kata Fakhiri.
Jenderal bintang dua itu menegaskan, para guru itu membentuk sumber daya manusia di Papua, khususnya di wilayah pedalaman.
"Jadi kalau ada tuduhan semacam itu, bagi saya itu hanya manusia-manusia yang tidak punya nurani," kata Fakhiri.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Papua Christian Sohilait mengutuk keras perbuatan para KKB. Ia menyayangkan para guru yang seharusnya menyelamatkan generasi muda Papua justru harus kehilangan nyawa.
Menurut Sohilait, letak geografis dan sarana infrsatruktur di Beoga sangat minim.
Hal itu membuat tak banyak guru yang mau ditempatkan di lokasi itu. Apalagi, Beoga berada di ketinggian 3.400 di atas permukaan laut.
Ia pun membantah tudingan KKB yang menyebut para guru itu sebagai mata-mata dan sering membawa senjata.
"Mereka berdua itu guru-guru honorer, karena tidak mungkin ada guru saya dengan situasi begitu mau mempertaruhkan nyawanya dengan membawa-bawa senjata, saya pikir itu tidak benar, jangan mengalihkan opini setelah kalian menghilangkan orang punya nyawa," kata Sohilait di Jayapura.
Situasi di Beoga mendadak berubah setelah KKB berulah sejak Kamis (8/4/2021).
Baca juga: KKB Tembak Mati 2 Guru di Kabupaten Puncak, Kapolda Papua: Perbuatan Mereka Sangat Biadab
KKB menembak guru SDN Inpres Beoga, Oktovianus Rayo, yang sedang menjaga kios di rumahnya di Kampung Julugoma pada Kamis, sekitar pukul 09.30 WIT. Oktovianus tewas setelah menderita dua luka tembak di rusuk kanan.
Sedangkan, guru matematika Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Beoga, Yonatan Randen, menjadi korban penembakan pada Jumat sore.
Ia mengalami luka tembak di bagian dada. Yonathan sempat dilarikan masyarakat ke Puskesmas Beoga, tetapi nyawanya tak tertolong.
Kedua jenazah dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4/2021). Evakuasi akhirnya bisa dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga.
(KOMPAS.com/Dhias Suwandi/ANTARA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.