Dua lokasi itu menjadi tempat pengungsian bagi warga yang berasal dari luar daerah Kabupaten Puncak.
"Ya (stok makanan menipis) karena sudah satu minggu ini tidak pernah ada penerbangan, cuma satu kali pesawat masuk untuk ambil jenazah saja. Stok makanan paling dua hari lagi habis," kata dia.
Hal yang sama juga diakui Eni (bukan nama sebenarnya), seorang warga Beoga yang mengungsi di sekitar Koramil dan Polsek Beoga.
Ia tengah bersembunyi dengan 13 orang lainnya, termasuk seorang bayi dan dua balita. Eni mengamini stok makanan sudah sangat sedikit.
"Ini paling tinggal satu hari, kalau susu untuk bayi ini mungkin sore ini sudah habis," kata Eni.
Baca juga: Berada di Lokasi Rawan, Sejumlah Rumah Warga Terdampak Gempa di Malang dan Lumajang Akan Direlokasi
Situasi keamanan di Beoga mendadak berubah setelah KKB berulah di lokasi tersebut sejak Kamis (8/4/2021).
KKB menembak Oktovianus Rayo yang sedang menjaga kios di rumahnya di Kampung Julugoma pada Kamis, sekitar pukul 09.30 WIT. Oktovianus tewas setelah menderita dua luka tembak di rusuk kanan.
Sedangkan, guru matematika Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Beoga, Yonatan Randen, menjadi korban penembakan pada Jumat sore. Ia mengalami luka tembak di bagian dada.
Yonathan sempat dilarikan masyarakat ke Puskesmas Beoga, tetapi nyawanya tak tertolong.
Kedua jenazah dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4/2021). Evakuasi akhirnya bisa dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.