KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menyesalkan kebijakan pemerintah yang membuka kran impor buah secara besar.
Pasalnya, dengan kebijakan itu membuat produk dari para petani lokal menjadi tidak laku di pasaran.
"Itu menyebabkan over supplay, akhirnya produk petani lokal tidak laku," ujar mantan bupati Purwakarta itu, Minggu (11/4/2021).
Baca juga: Dihajar Impor, Jeruk Petani Lembang Dibiarkan Membusuk di Kebun
Menyikapi hal itu, Dedi mengaku Komisi IV sudah pernah meminta Dirjen Holtikultura Kementerian Pertanian untuk lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin impor.
Sebab, keberadaan buah impor di dalam negeri sudah melampaui batas wajar. Karena sudah dijual secara eceran melalui jaringan non swalayan di desa-desa.
"Coba perhatikan penjual buah keliling seperti di mobil atau dipikul, itu semua produk impor. Jadi bohong kalau menyebut bahwa produk impor hanya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Faktanya, buah impor sudah masuk ke eceran di desa," kata Dedi.
Kalau kondisi tersebut dibiarkan, lanjut dia, maka tidak menutup kemungkinan petani lokal akan gulung tikar.
"Ya wasalam untuk petani buah lokal. Produk impor sampai dipikul dijual ke rumah-rumah, saking banyaknya," lanjut Dedi.
Baca juga: Dianggap Musyrik dan Dibubarkan Ormas, Ini Sejarah Pertunjukan Kuda Kepang di Indonesia
Amang, salah seorang petani jeruk california di Kampung Baru Nagri, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Bandung Barat mengaku merugi.
Pasalnya, buah jeruk hasil panennya kini sudah tidak laku lagi. Hal itu disebabkan karena adanya gempuran buah impor di pasaran.
Lantaran merasa frustasi dengan kondisi itu, ia membiarkan hasil buah jeruknya membusuk di kebun.
"Akhirnya saya biarkan saja jeruk tak dipanen karena dipanen pun rugi," kata Amang.
Baca juga: Ramai soal Impor Jahe, Ini 10 Barang yang Masih Diimpor Indonesia
Dikatakan Aman, sebelumnya saat kondisi normal, harga jual jeruknya mencapai Rp 35.000 per kilogram. Namun kali ini, anjlok hanya di angka Rp 7.000 per kilogram.
Selain harganya anjlok, buah hasil panennya juga tidak laku di pasaran.
Karena kondisi itu, ia berharap ada perhatian dari pemerintah. Dibeli dengan harga terendah pun, ia tak mempersoalkan asalkan laku.
Penulis : Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana | Editor : Farid Assifa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.