Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budi Daya Ulat Sutra Nunukan, Impian Hasilkan Kain Khas Kalimantan yang Selalu Kandas

Kompas.com - 12/04/2021, 07:30 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Dony Aprian

Tim Redaksi

Hasilnya akan menjadi oleh oleh khas Kaltara yang tentunya akan melambungkan nama provinsi termuda Indonesia yang berada di perbatasan RI–Malaysia ini.

"Saya katakan saat ini kita masih tertatih tatih mewujudkan itu. Kita masih banyak PR, kita butuh SDM handal dan harus memiliki ternak ulat sutra sendiri. Tapi mimpi itu akan coba kita gapai," kata Roy.

Roy mengaku, hasil budi daya ulat sutra belum bisa menjanjikan secara ekonomi.

Pasalnya, yang dikejar sementara ini adalah eksistensi budi daya ulat sutra untuk kain sutra khas Kaltara.

Sementara jika berbicara harga, kepompong atau kokon ulat sutra bisa dijual dengan harga berkisar Rp 25.000 per kg, dan akan menjadi Rp 45.000 saat sudah menjadi benang, lalu menjadi Rp 300.000 sampai Rp1,5 juta ketika menjadi kain, tergantung dari panjang dan lebar kain.

Dukungan KTH Floresta

Semangat Roy untuk impian kain sutra motif khas Kaltara diilhami oleh KTH Floresta Nunukan Barat.

KTH ini sekarang mengelola budi daya ulat sutra. Mereka sudah menanam pohon murbei. Daun murbei merupakan pakan ulat sutra.

Ketua KTH Floresta Laurensius Bati mengatakan, saat ini ada 15 orang yang menekuni budi daya ulat sutra.

Mereka merasa berkewajiban mewujudkan impian Nunukan sebagai andil warga perbatasan untuk kemajuan daerah.

"Kita menerima program pengembangan KTH pada 2018, hanya saja harus kita akui anggota kita belum ada yang bisa fokus. Mereka masih butuh bimbingan dan pendampingan, itu kenapa produksi belum bisa rutin. Tapi kita semua siap untuk mewujudkan mimpi Nunukan memiliki kain sutra sendiri," katanya.

Sejauh ini, budi daya ulat sutra di Nunukan masih bergantung dengan telur ulat yang dikirim dari Wajo. Biasanya dalam sebulan ada 1 boks berisi 25.000 telur ulat sutra.

Begitu menetas, ulat ulat tersebut diberi makan daun murbei selama 21 hari sampai menjadi kepompong/kokon.

Menjaga ulat ulat sutra kecil, ternyata tidak mudah. Hewan cicak atau kadal sering kali masuk ke kandang ulat sutra dan memakannya sampai habis.

Sampai saat ini, budi daya Nunukan baru menghasilkan 1 kain selendang sutra.

Ada beberapa gulung benang sutra yang tersimpan rapi, menunggu jumlah banyak sebelum dipintal menjadi kain dan digambar dengan motif batik khas Kaltara.

"Jadi memang tidak mudah ternyata. Tapi namanya mimpi tidak ada yang begitu saja terjadi. Mudah mudahan sedikit demi sedikit kita bisa menebus kegagalan kita dengan terwujudnya impian kain sutra khas Nunukan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Regional
Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Regional
Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Kilas Daerah
Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Regional
Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Regional
KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

Regional
Keruk Lahar Dingin Marapi, Operator Eskavator Tewas Terseret Arus Sungai

Keruk Lahar Dingin Marapi, Operator Eskavator Tewas Terseret Arus Sungai

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com