KOMPAS.com- Seorang bocah berinisial Rh (13) asal Kotabaru, Karawang, Jawa Barat dipukuli oleh massa setelah ketahuan memanjat dinding sebuah warung.
Namun, Rh akhirnya memaafkan pengeroyok dan pemilik warung hingga meminta pamannya mencabut laporan ke polisi.
Bagaimana perjalanan kisahnya?
Baca juga: Didampingi Dedi Mulyadi, Bocah yang Dihakimi Massa Cabut Laporan ke Polisi
Oleh warga, Rh diyakini hendak pencuri. Dia pun dipukuli oleh massa.
Ternyata berdasarkan pengakuan Rh, bocah tersebut sempat dijemput oleh dua orang anak jalanan yang baru saja dikenalnya setelah pulang dari masjid.
Rh sendiri diketahui pernah mengenyam pendidikan pesantren di Cikopak, Purwakarta.
Namun, lantaran nakal, Rh dikeluarkan.
Rupanya di balik sikap itu, Rh memiliki cerita pilu. Ibunya telah meninggal dunia. Sedangkan sang ayah mengalami gangguan jiwa.
Baca juga: Ira Menerima Lamaran karena Bora Sudah Tua, Tinggal Sendiri, Ingin Rawat sampai Akhir Hayat
Setelah peristiwa pengeroyokan tersebut, Rh akhirnya memutuskan untuk memaafkan dan mencabut laporannya ke polisi, Kamis (8/4/2021).
Pencabutan laporan itu juga didampingi langsung oleh anggota DPR RI, Dedi Mulyadi.
Rh dan pemilik warung pun sepakat untuk berdamai.
"Kita harus saling memaafkan. Orang muslim itu semuanya adalah saudara," kata Rh.
Tak hanya itu, Rh bahkan menyakinkan pamannya perihal hidup dan mati hingga sang paman bersedia mencabut laporannya.
"Sampai tadi meyakinkan uwanya, hidup itu sudah ada yang mengatur," tutur Dedi Mulyadi yang ikut mendampingi Rh mencabut laporan ke Polres Karawang.
Baca juga: Kepala Kemenag Sebut Pernikahan Wanita 19 Tahun dengan Pria 58 Tahun Tak Tercatat di KUA
Dedi Mulyadi telah menanggung biaya perawatan Rh di Rumah Sakit Izza Cikampek setelah dikeroyok massa.
Usai insiden itu, Dedi akan membawa Rh ke pesanten di Cireok untuk menjalani rehabilitasi.
"Saya sekarang punya pesantren di Cireok, khusus menangani anak-anak bandel," katanya.
Menurutnya, tindakan Rh memanjat dinding warung memang salah.
Namun sikap menghakimi sepihak juga tidak dibenarkan.
Kasus ini, lanjut Dedi, diharapkan dapat dijadikan pelajaran bagi semua orang untuk tidak main hakim sendiri.
"Intinya hilangkan budaya kekerasan," tutur Dedi.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Karawang, Farida Farhan | Editor: Aprilia Ika, Farid Assifa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.