KOMPAS.com - Gua Liang Bua adalah warisan situs prasejarah manusia purba yang ada di Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang menjadi salah satu situs arkeologi penting dunia.
Berada di bukit kapur, Liang Bua memiliki ukuran yang sangat besar dengan panjang 50 meter, lebar 40 meter, dan 25 meter.
Di gua tersebut ditemukan fosil Homo Floresiensis yakni manusia pendek/kerdil yang diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu.
Saat ditemukan pada tahun 2003, ditemukan fosil yang hanya memiliki tinggi 100 cm dengan berat yang diperkirakan sekitar 25 kilogram. Tengkorak ini ditemukan pada kedalaman enam meter.
Baca juga: Mengenal Danau Matano, Danau Terdalam di Asia Tenggara dan Cerita Gua Tengkorak
Theodore mengajar di Seminari Todabelu, Mataloko, Kabupaten Ngada. Kala itu ia menggunakan sekitar Liang Gua untuk sekolah.
Ia pun melakukan penelitian dan menemukan sejumlah kubur manusia yang berasosiasi artefak batu (serpih), tembikar dan beliung persegi.
Sementara itu Joe, salah satu warga sekitar yang tinggal disekitar Gua Liang Bua bercerita penggalian gua dipercaya telah dilakukan sejak 1930-an.
Baca juga: 3 Situs Arkeologi Bisa Dijelajah Secara Virtual, Dari Maros Pangkep hingga Gua Harimau
Saat itu hasil penggalian dibawa ke Leiden Belanda.
Penggalian-penggalian terus dilakukan, sejak zaman kolonial Belanda hingga dilanjutkan di masa ini.
“Kalau saya denger dari para arkeolog, umur gua ini sudah sekira 190.000 tahun,” kata Joe dikutip dari Indonesia.go.id.
Selain fosil manusia kerdil, Joe mengatakan arkeolog juga menemukan beberapa tulang binatang purba.
Baca juga: 3 Situs Arkeologi Bisa Dijelajah Secara Virtual, Dari Maros Pangkep hingga Gua Harimau
“Tapi bukan hanya tengkorak ini yang ditemukan. Saat itu pada kedalaman tertentu, para arkeolog juga menemukan beberapa tulang binatang purba, seperti gajah purba (stegodon), kadal, kura-kura, biawak, dan komodo,” ujar Joe.
Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa situs ini telah dihuni sejak masa prasejarah mulai dari masa paleolitik, mesolitik, neolitik hingga paleometalik (logam awal).
Pada tahun 2001-2009, penelitian dilanjutkan oleh Pusat Arkeologi Nasional dengan menggandeng University of New England (Australia) 2001-2004 dan Universitas Wollongong (Australia) 2007-2009.
Baca juga: Hobbit Manusia Flores Bukan Kerabat Manusia Jawa, Lantas Apa?
Pada 2010, Pusat Arkeologi Nasional menjalin kerja sama dengan Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian (AS) dan Universitas Wollongong.
Penemuan paling sensasional, yakni kerangka manusia purba yang tidak diketahui dari spesies sebelumnya.
Kerangkan tersebut ditemukan bersama ratusan artefak batu dan tulang binatang seperti gajah purba, komodo, bangau raksasa, tikus, kelelawar dan burung.
Kerangka manusia kerdil Flores dikenal sebagai Homo Floresiensis dewasa dengan ukuran otak sangat kecil, tinggi badan sekitar 1 meter, dan berat sekitar 30 kg.
Baca juga: Inilah Fosil-fosil Manusia Mata Menge, Saudara The Hobbit dari Flores
Setelah berlangsung lama dan proses yang sangat panjang, bebatuan itu menjadi batuan sedimentasi.
Jika berwisata ke Gua Liang Bua, pengunjung akan menemukan staklatit cantik yang menghias dan menjuntai dari langit-langit gua.
Sementara secara geologi, gua ini merupakan bentukan endokars yang berkembang pada batu gamping.
Bentukan endokars itu berselingan dengan batu gamping pasiran. Batuan gamping itu diperkirakan berasal dari periode Miosen tengah atau sekitar 15 juta tahun yang lampau.
Seperti kawasan kars di tempat lain di Indonesia, kawasan kars di NTT juga memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan kawasan kars lainnya yang tentunya sangat menarik sebagai destinasi wisata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.