BANJARMASIN, KOMPAS.com - Kedua orangtua Siti Raisa Miranda (16) pengidap sindrom putri tidur asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) sangat ingin membawa anaknya berobat ke Jakarta.
Namun, karena dibutuhkan biaya yang besar, kedua orangtuanya mengurungkan niat tersebut.
Siti Raisa Miranda atau yang akrab disapa Echa selama ini hanya dirawat di rumah dan sesekali dibawa ke rumah sakit.
"Ingin sih (berobat ke Jakarta) tapi ya mau gimana lagi, enggak ada biaya," ujar Mulyadi, ayah Echa.
Baca juga: Kisah Echa, Penderita Sindrom Tidur Asal Banjarmasin, Pernah Tidur Pulas 13 Hari
Mulyadi mengaku bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) sementara istrinya, Siti Lili Rosita berprofesi sebagai instruktur senam.
"Butuh biaya yang sangat besar, walaupun kami dua-duanya bekerja," ucapnya.
Echa, kata Mulyadi, pernah dibawa ke dokter saraf. Hasil pemeriksaan ternyata normal saja.
Dari informasi yang dia terima, di Banjarmasin tak ada alat canggih yang bisa mendiagnosa penyakit Echa.
Pemeriksaan terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Ansari Saleh Banjarmasin, Echa justru didiagnosa menderita penyakit epilepsi.
"Hasil pemeriksaan semuanya normal saja. Sebelum kami bawa ke rumah sakit, dia memang sempat kejang-kejang. Itulah mungkin dia didiagnosa epilepsi," jelasnya.
Baca juga: Seorang Pelajar di Banjarmasin Tertidur Selama 7 Hari, Diduga Idap Sindrom Putri Tidur
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan