KOMPAS.com - Delapan buruh bangunan asal Cisitu, Sumedang terlantar di Lampung sejak beberapa hari ini.
Mereka tiba di Sumatera pada akhir Januari 2021 lalu dan pergi ke Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Mereka bekerja sebagai buruh bangunan untuk mengerjakan gudang di tengah hutan. Namun setelah bekerja dua bulan, mereka tak menerima bayaran.
"Kami kerja dua bulan enggak dapat bayaran. Kerjanya itu bangun gudang di tengah hutan. Tiga jam naik (kapal) speed dari Jembatan Ampera," kata Riswanto (53) warga Sumedang yang ditemui di Masjid At Taqwa Polresta Bandar Lampung, Selasa (6/4/2021).
Padahal pemborong yang mengajak mereka, berinisial KIS menjanjikan bayaran Rp 150.000 per hari untuk kenek. Sedangkan untuk tukang, dijanjikan bayaran Rp 100.000 per hari.
"Janjinya dibayar seminggu sekali. Tapi sampai kami pergi enggak dibayar," kata Riswanto.
Baca juga: 7 Begal Ditangkap di Lampung, 2 Orang Pelaku Ditembak Polisi
Ia mengatakan KRS adalah orang Palembang dan kekasih KRS adalah orang Sumedang.
Riswanto mengakui tak mengetahui keberadaan KRS karena sudah cukup lama ia tak menampakkan diri.
"Terakhir ketemu dua minggu pas awal kerja. Dari awal kerja kita hitung sudah dua bulan tanpa gaji," kata Riswanto.
Karena tak ada kepastian dan persedian makanan habis, mereka pun memilih untuk pulang ke Sumedang walau tak memiliki uang.
Baca juga: Tangani Paham Radikalisme di Masyarakat, Polda Lampung Gandeng Pihak Kampus
Mereka pun terlunta-lunta di Palembang.
Difasilitasi Dinas Sosial Sumatera Selatan, mereka diantarkan ke Lampung. Lagi-lagi mereka tak mendapat kepastian.
Mereka pun pergi ke Dinas Sosial Lampung untuk meminta bantuan. Namun menurut Riswanto, pihak dinas tidak merespons.
Baca juga: Sebuah Bus di Jalan Tol Lampung Ketahuan Membawa 10 Kilogram Sabu
Delapan orang tersebut kemudian berjalan kaki ke Polresta Bandar Lampung untuk mencari bantuan.