KOMPAS.com - "Saya melepas baiat saya terhadap pemimpin Isis yaitu Abu Baqar Al Baqhadi maupun yang menggantikannya, yaitu Ibrhamim Al Hasyimi Al Quraishi atau pemimpin atau amir organisasi jihad lainnya," kata Nurhasanah (28) dengan suara bergetar.
Ia mengucapkan janji tersebut di panggung yang berada di area Lapas Perempuan Kelas II A Bandar Lampung, Selasa (6/4/2021) pagi.
Nurhasanah adalah narapidana kasus terorisme bom panci penyerangan Mapolres Indramayu pada Minggu (15/7/2018).
Baca juga: Saya Menyesal dan Tidak Akan Bergabung dengan Kelompok Teror Mana Pun di Dunia Ini
Ia ditangkap bersama suaminya, Galuh yang sempat ditembak karena melakukan perlawanan.
Saat mengucapkan ikrar melepas baiat ISIS, Nurhasanah menggunakan kaus merah muda lengan panjang dan hijab hitam.
Perempuan yang akrab dipanggil Nana tersebut terlihat menghela napas seperti meneguhkan pilihannya untuk kembali ke NKRI.
Ia menatap ke sekeliling panggung. Sejumlah narapidana lain menyaksikan Nana dari balik jeruji seakan menjadi saksi kembalinya Nana ke pelukan NKRI.
Baca juga: Bersama 5 Orang Lainnya, Suami Istri Terduga Teroris Indramayu Dibawa ke Jakarta
"Saya berjanji setia kepada NKRI dan akan melindungi segenap Tanah Air Indonesia dari segala tindakan aksi-aksi terorisme yang dapat mencegah persatuan Indonesia," kata Nurhasanah dengan suara lantang.
Selain itu Nana mengaku menyesal dan berjanji tidak akan lagi bergabung dengan kelompok akasi radikal mana pun.
"Saya menyesali kesalahan yang telah saya lakukan dan saya tidak akan bergabung dengan amir atau kelompok teroris lainnya yang terlihat dan menyetujui aksi teror di manapun lainnya di dunia ini," kata Nurhasanah.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Pasangan Suami Istri Terduga Teroris di Cianjur
Keduanya mencoba menerobos pintu penjagaan Polres Indramayu dengan menggunakan sepeda motor. Mereka juga mengejar anggota polisi yang berseragam.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal mengetahui hal tersebut, polisi yang berjaga langsung menembak ke arah kedua pelaku. Namun saat itu tak ada ledakan.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Perempuan Terduga Pelaku Penyerangan Mapolres Indramayu
Para pelaku lantas berbalik arah menuju gerbang keluar Mapolres Indramayu dan melemparkan satu panci ke arah penjagaan Polres dan melarikan diri.
Salah satu dari pelaku yang diketahui sebagai suami Nana terluka terkena tembakan polisi. Panci yang diduga berisi bahan peledak langsung dicek oleh Jibom Gegana Polda Jabar.
"Kedua orang tidak dikenal tersebut melaju cepat menerobos masuk sambil mengejar anggota yang berseragam. Namun, dengan sigap orang tak dikenal tersebut dapat dihindari," ujar Iqbal, Minggu (15/7/2018).
Walau sudah dibersihkan, ceceran darah nampak di jalan depan Polres. Saat kejadian tersebut tidak ada petugas yang luka.
Pasangan suami istri tersebut lalu ditangkap. Sang suami yang terluka kemudian dirawat di RS Bhayangkara Losarang, Indramayu dengan penjagaan ketat oleh aparat.
Baca juga: Tertembak, Satu Pelaku Penyerangan Mapolres Indramayu Kritis
"Ketujuh pelaku selanjutnya langsung dibawa ke Mabes Polri untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut," kata Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto di Indramayu, Minggu (15/7/2018).
Agung mengatakan GL dan AN (Nana) serta kelima terduga teroris lainnya itu berasal dari kelompok yang sama, yaitu jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
Baca juga: Dua Terduga Teroris Serang Polres Indramayu, Lempar Panci Diduga Bom
"Para terduga teroris yang melakukan aksi penyerangan dan aksi bom bunuh diri di Mako Polres Indramayu adalah kelompok JAD Haurgeulis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat," ujar Agung.
Dari tangan mereka, polisi mengamankan barang bukti berupa dua buah panci, bahan peledak, celurit, belati, dan ponsel dari tangan para pelaku.
Agung juga mengatakan, sejak Juni 2018 hingga Juli 2018, Polda Jawa Barat telah menangkap 25 terduga teroris dan beberapa di antaranya ditembak mati karena melakukan perlawanan saat ditangkap petugas.
Baca juga: Ditemukan, Panci Diduga Bom hingga Atribut ISIS di Rumah Penyerang Polisi Banyumas
Program tersebut dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Lapas Perempuan Bandar Lampung.
"Sudah ada keinginan dan tanda-tanda untuk setia (kepada NKRI) saat itu. Sekarang kita pastikan dan sepakati lagi," kata Rahayu.
Sementara itu Staf Sub Seksi Bimbingan Lapas Perempuan Bandar Lampung Lenny mengatakan Nurhasanah terpapar radikalisme dari sang suami.
Baca juga: Kapolri Sebut Ledakan di Gereja Katedral Makassar Jenis Bom Panci
"Paham selama ini dia dapat dari suaminya, dasar pengetahuan agama dia sebelumnya minim, jadi dapat paham dari suaminya sehingga cepat masuk (terdoktrin)," kata Lenny.
Sejak masuk Lapas, Nurhasanah dibina untuk mengikis paham radikal yang dianutnya.
"Di sini dikuatkan kembali dan direedukasi terkait paham keagamaan," kata Lenny
Salah satu motivasi Nurhasanah untuk meninggalkan paham radikal adalah karena ingin bertemu dengan sang anak yang kini telah berusia 3 tahun dan dirawat keluarganya.
"Nana pendiam orangnya, tapi dia rajin konseling sama saya. Jika pengin curhat bisa langsung empat mata. Motivasinya mau segera ketemu sama anaknya," kata Lenny.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis : Tri Purna Jaya, Yoga Sukmana, Fadlyanto Sugiono | Editor : Sandro Gatra, Caroline Damanik, Abba Gabrillin)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.