JOMBANG, KOMPAS.com - Petirtaan kuno di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang ditemukan di sebuah sendang telah selesai diekskavasi.
Hasil ekskavasi menampakkan hampir keseluruhan sisi pada bagian utama petirtaan. Tampak kesan indah, megah, dan kecanggihan teknologi di masanya.
Baca juga: Geliat Pedagang di Kawasan Situs Petirtaan Kuno Sumberbeji Usai Diekskavasi
Petirtaan kuno di Sumberbeji memiliki bentuk persegi berukuran 20 x 17 meter persegii. Di tengah petirtaan terdapat bangunan persegi dan di atasnya ada struktur melingkar.
Baca juga: Petirtaan Kuno Era Majapahit di Sumberbeji Jombang Didaftarkan Jadi Cagar Budaya
Di sisi barat daya, terdapat kanal yang berfungsi sebagai saluran untuk masuknya air ke dalam petirtaan. Kemudian saluran buang, berada di sisi timur laut.
Baca juga: Berdiri pada Abad Ke-13, Ini Sejarah Kerajaan Majapahit dan Pendirinya
Di dalam petirtaan sisi barat daya, tampak terpasang arca garuda. Posisinya menghadap ke timur, di dekat kanal yang menjadi saluran masuknya air ke petirtaan.
Secara keseluruhan, struktur dinding bangunan petirtaan kuno di Sumberbeji tersusun dari bata merah yang direkatkan dengan metode gosok.
Demikian pula dengan lantai petirtaan, terbuat dari bata merah pada. Lantainya berada pada kedalaman 2 meter dari batas atas struktur dinding.
Sekilas, kata arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, ada kemiripan dengan candi tikus di Trowulan Kabupaten Mojokerto.
Sedangkan perbedaannya dengan Situs Candi Tikus yakni ukuran petirtaan di Sumberbeji yang sedikit lebih kecil. Situs Candi Tikus berukuran 20 x 20 meter persegi.
Kemudian dari ukuran bata kuno, Situs Candi Tikus memiliki satu dimensi, yakni dimensi bata pada masa Majapahit.
Sementara pada situs petirtaan kuno di Sumberbeji, terdapat dua dimensi bata. Ada bata kuno dengan dimensi peninggalan Majapahit dan ada pula peninggalan masa Kerajaan Kediri.
Wicaksono menduga, Petirtaan kuno di Sumberbeji dibangun pada masa Kediri, lalu dipugar pada masa Majapahit.
Terbatasnya bukti arkeologis di sekitar Petirtaan Sumberbeji membuat dirinya menahan diri untuk membuat kesimpulan.
"Kita duga, situs (petirtaan) Sumberbeji ini dibangun pada masa Kediri, lalu dipugar pada masa Majapahit. Tetapi ini baru kecurigaan awal," kata Wicaksono kepada Kompas.com, Sabtu (27/3/2021).
Dominasi Majapahit
Dia mengungkapkan, selama ekskavasi yang dilakukan sejak 2019 hingga awal 2021, ditemukan berbagai jenis benda purbakala dari Tiongkok pada masa dinasti Song abad ke-11, serta benda-benda dari masa dinasti Yuan, abad ke-13 hingga ke-14.
Secara keseluruhan, kata Wicaksono, berbagai temuan lepas berupa uang logam dan porselen dari Tiongkok lebih banyak berasal dari masa dinasti Yuan.
Kemudian dari struktur bangunan petirtaan, termasuk beberapa arca Jaladwara yang ditemukan, lebih banyak didominasi dari era Majapahit.
"Dari temuan Jaladwara, tidak ada yang sama. Jaladwara yang kecil-kecil bisa disandingkan dengan Jaladwara di Candi Tikus. Sedangkan yang besar, coraknya lebih mengarah ke gaya Kediri," ujar dia.
Menurut Wicaksono, untuk memastikan periode pembangunan petirtaan kuno di Sumberbeji, maupun fungsinya masih diperlukan bukti dan data pendukung.
Bukti arkeologis dan data yang tersedia saat ini masih belum cukup untuk membangun narasi dan konteks besar keberadaan Situs Petirtaan Sumberbeji maupun fungsinya di masa lalu.
Ditemukan
Situs Petirtaan Sumberbeji ditemukan di wilayah Kabupaten Jombang, tepatnya di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro.
Lokasinya berjarak belasan kilometer dari Situs Candi Tikus, maupun beberapa situs peninggalan Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, berdasarkan pengukuran citra satelit.
Wicaksono menjelaskan, Situs Petirtaan di Sumberbeji merupakan penemuan besar benda purbakala pada 2019, meski belum ada interpretasi utuh terhadap situs tersebut.
Namun demikian, tak ada keraguan dari dia untuk menyatakan bahwa Petirtaan Sumberbeji menjadi bukti arkeologis tingginya peradaban pada periode pembangunan petirtaan.
Lokasi petirtaan berada di sebelah selatan Kabupaten Jombang, berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Petirtaan kuno di Sumberbeji berada di lahan milik Desa Kesamben, di tengah area persawahan, dikelilingi pepohonan berusia tua.
Dulunya, tempat ditemukannya petirtaan dikenal sebagai tempat yang cukup angker dan dikeramatkan oleh warga sekitar.
Seiring dengan selesainya ekskavasi pada awal 2021, BPCB Jawa Timur mempersilahkan pihak Pemdes Kesamben untuk memanfaatkannya sebagai destinasi wisata.
Sejak Sabtu (27/3/2021), BPCB Jawa Timur dan Pemdes Kesamben melakukan normalisasi air di dalam petirtaan memanfaatkan mesin pompa.
Dengan demikian, penampakan kolam kuno yang megah itu bisa dilihat para pengunjung yang ingin melihat bagaimana kemegahan Petirtaan Sumberbeji.
"Setiap hari akan dilakukan normalisasi menggunakan pompa agar petirtaan tidak tenggelam dan bisa dilihat oleh pengunjung yang datang ke sini," kata Wicaksono, saat ditemui Kompas.com di Sumberbeji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.