Di sana, Ipin menggutarakan niatnya untuk maju pada Pilkada Trenggalek. Dia meminta Emil untuk melihat hasil survei yang menunjukkan apakah Ipin layak untuk mendampinginya.
"Aku bilang, 'Mas, kamu kan punya opsi untuk milih wakil, siapa pun itu lah'. Ya dilihat survei aja. Kalau survei gua baik, bisa bantu lu kenapa enggak? Kalau survei ngomong enggak baik, ngapain lu ngambil gua," ujar Ipin.
Saat itu belum ada keputusan apa pun dari Emil. Mereka akhirnya memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri untuk berkampanye.
Sampai akhirnya partai politik melihat Emil dan Ipin, dua anak muda yang bergerak masif.
Sejumlah parpol akhirnya bertemu dan memutuskan untuk mengusung Emil menjadi calon bupati Trenggalek dan Ipin sebagai wakil bupati Trenggalek.
"Sampai akhirnya melihat pergerakan itu, ini anak muda kalau bisa jangan bertarung, dikumpulin aja. Akhirya kita kumpul, di situ sepakat satu bupati dan wakil. Yang menarik lagi dibagi tugas merayu partai-partai ini untuk bisa gabung. (bergabung) ada tujuh partai, jadi ceritanya itu," ujar Ipin.
Enek dengan politik
Jauh sebelum memutuskan menjadi calon wakil bupati, Ipin sebenarnya enek dengan politik.
Semua berawal dari "trauma" masa kecil saat ayahnya gagal menjadi ketua dewan pimpinan cabang (DPC) dari sebuah partai politik di Surabaya.
Pemilihan ketua DPC saat itu melibatkan tokoh masyarakat serta orang-orang terpandang dan sangat dihormati di kota pahlawan.
Saat itu ayahnya sudah dibaiat. Namun, tiba-tiba gagal menjadi ketua DPC.
"Di situ gua..., gini banget ya, padahal udah ada kiainya. Sorry to say, bapak juga udah ngasih duit, tapi lu masih kayak gtu loh. Itu rasanya gini banget. Makanya waktu itu gua ada rasa 'traumanya' sama politik seperti itu," ujar dia.
Rekonsiliasi politik
Pernah trauma dengan politik, nyatanya Ipin memilih jalan yang dibencinya.
Ipin bercerita, rekonsiliasi dengan politik yang memuakkan berawal dari pabrik yang didirikannya di Trenggalek.
Di sana begitu banyak pelamar. Sedangkan tenaga kerja yang dia butuhkan juga terbatas.
Di situ Ipin menyadari bahwa dia harus memiliki "kendaraan" yang lebih besar untuk bisa membantu banyak orang.
"Dan gua ngerti waktu bikin sekolah tani banyak keluhan. Seandainya gua punya kewenangan lebih luas, misalnya lewat dinas, apakah bisa?" ujar Ipin.
Selain itu, dia juga teringat dengan ayahnya yang meninggal pada usia 41 tahun.
Ipin merasa terpanggil untuk bisa membantu banyak orang di usianya yang masih muda.
"Gua juga mikir, bapak gua ninggal umur 41 tahun. Jadi meskipun merasa too young to begin, usiaku mungkin muda tapi umur enggak ada yang tahu. Jadi selama ada kesempatan kita manfaatin sebagai rasa syukur," ujar Ipin.
"Dan semoga bisa sebagai penghapus dosaku waktu menyia-nyiakan waktu ngeband. Enggak sia-sia waktu ngomong di panggung, enggak canggung. Mempermudah waktu ada even, campaign," kata Ipin berseloroh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.