SALATIGA, KOMPAS.com - Awal 2014, Agit Sasongko (50) warga Jalan Tlogo Tirto RT 12/RW 4 Kampung Pancuran Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga mulai membuat miniatur sepeda motor.
Dia membuat miniatur di sela pekerjaannya membuat aneka peralatan memancing.
Agit mengatakan, membuat miniatur selain karena senang dengan sepeda motor, juga sekadar iseng agar tak bosan.
"Membuat perlengkapan alat pancing terus terkadang bosan, sehingga saya membuat miniatur," jelasnya saat ditemui, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Bisnis Miniatur Truk Oleng Laris, Anto Raup Rp 20 Juta Per Bulan, Sampai Kewalahan
Hingga pada 2016, Agit memutuskan fokus membuat miniatur sepeda motor dan tak lagi membuat peralatan memancing.
"Saat itu mulai banyak pesanan miniatur, sehingga harus fokus agar pelanggan tak kecewa," kata Agit.
Miniatur buatan Agit khusus pada sepeda motor lawasan. Mulai dari Honda C70, Honda H90 Yamaha RX-King, Honda CB, Honda Monkey, Kawasaki Binter, dan aneka motor gede.
"Di masa pandemi ini saya membuat miniatur Kawasaki W175 dan motor-motor custom, lumayan laku juga," jelasnya.
Baca juga: Sepi Order, Perajin Topeng di Gunungkidul Banting Setir Buat Miniatur Truk Kayu
Dia mengungkapkan senang membuat motor lawas karena detailnya sangat kentara.
"Beda kalau motor matic kan mesinnya di dalam, tidak kelihatan, semua tertutup. Banyak yang menanyakan, tapi saya belum membuatnya," kata Agit.
Untuk satu miniatur skala 1:12, dia setidaknya membutuhkan waktu dua hari.
"Kalau yang model Honda C70, satu hari bisa jadi. Apalagi saat ini istri saya membantu membuat miniatur velg, jadi lebih cepat," ungkapnya.
Agit mengungkapkan bahan utama pembuatan miniatur tersebut adalah lembaran timah. Sementara bahan pendukung di antaranya kawat, pipa, dan spon.
Baca juga: Pemuda di Gunungkidul Buat Miniatur Kapal Pesiar dari Bambu, Harganya hingga Rp 12 Juta
"Timah dibentuk sesuai gambar utama, lalu digesut dan dirapikan. Finishing dengan kawat dan spon, untuk ban. Cat manual dengan kuas karena lebih awet," kata Agit.
Dia membuat miniatur-miniatur tersebut di workshop yang menyatu dengan rumahnya. Miniatur yang sudah jadi dipajang di etalase rumah utama.
Miniatur buatan Agit dijual seharga Rp 350.000 hingga Rp 900.000.
"Kalau untuk pemasaran sudah sampai Thailand dan Taiwan. Kalau di Indonesia, hampir semua pulau-pulau besar sudah ada pemesan," paparnya.
Baca juga: Perajin di Sumedang Ini Menyulap Limbah Jadi Miniatur Bernilai Jutaan Rupiah
Menurut Agit, masa pandemi Covid-19 ini adalah tantangan terbesarnya selama membuat miniatur.
"Kalau bahan gampang dicari, ide pembuatan juga selalu ada. Tapi pandemi ini memang cukup memukul usaha kerajinan, karena bukan kebutuhan primer jadi permintaan menurun, tapi kami tetap bertahan karena menjadi sumber nafkah," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.