Frederikus menyebut, sekolah mereka filial atau kelas jauh dari sekolah induk SDN Nonotbatan.
Karena jarak tempuh yang jauh yakni lima kilometer antara rumah para murid dengan SDN Nonotbatan, orangtua dan masyarakat setempat akhirnya sepakat membangun sekolah baru, meski dengan konstruksi darurat.
Bangunan sekolah reyot itu mulai rusak sejak 2018. Warga pun sempat memperbaiki, tetapi rusak lagi pada 2019 hingga saat ini.
Ketiadaan biaya, kata Frederikus, membuat dia dan murid-murid harus bertahan menimba ilmu di tempat yang mirip kandang ternak itu.
Bagi Frederikus, tujuan utamanya mengajar di SD Manune, selain sebagai bentuk pengabdian, juga ingin mencerdaskan anak-anak di pelosok negeri yang berbatasan dengan negara Timor Leste.
Penantian panjang selama tujuh tahun berbuah manis, menyusul kisah pilu keadaan sekolah itu diketahui oleh anggota Babinsa Desa.
Melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-110, Kodim 1618 TTU akhirnya 'menyulap' sekolah itu menjadi bangunan permanen dengan dinding beton, lantai keramik, dan atap seng.
Tak tanggung-tanggung empat ruang kelas, satu ruang guru, dan tiga toilet pun dibangun.
Sekolah tersebut dibangun dalam tempo sebulan, yakni sejak Maret hingga selesai April 2021 bertepatan dengan penutupan TMMD.
Saking senangnya dengan program itu, para guru dan orangtua murid serta masyarakat setempat, terlibat aktif mulai dari bangun pondasi hingga atap, serta pemasangan keramik dan cat tembok sekolah.
Bukan hanya itu, TNI juga membangun jalan masuk ke sekolah itu sepanjang 376 meter.
"Ini kejutan sekaligus kado terindah bagi kami di tengah pandemi corona," kata Frederikus kepada Kompas.com, Jumat (2/4/2021).
"Kami sangat bangga luar biasa, karena untuk pertama kalinya kami mengalami pelayanan pemerintah melalui TMMD, sehingga sekolah kami bisa setara dengan sekolah yang lain," sambungnya.
Frederikus pun berharap, bangunan sekolah ini bisa dijaga dengan baik, sehingga bisa dinikmati oleh anak di Desa Motadik dan generasi yang akan datang.
"Sekali lagi terima kasih banyak kepada pihak TNI khususnya Kodim 1618 TTU, yang peduli dengan keadaan kami," kata Frederikus sedikit terharu.
Komandan Kodim 1618 TTU Letkol Arm Roni Junaidi mengatakan, ada tiga aspek yang mendorong pihaknya memilih SDN Manune sebagai sasaran utama program TMMD ke-110.
Ketiga aspek itu di antaranya aspiratif, strategis, dan prioritas.
Apalagi, kata Roni, lokasi SDN Manune ini berbatasan langsung dengan Distrik Oekusi, Timor Leste, sehingga gedungnya perlu dibangun permanen.
"Kondisi anak-anak di sini sangat memprihatinkan. Kami melihat SD ini dibangun dari tahun 2014 hingga saat ini belum memiliki fasilitas yang layak, sehingga itulah yang menjadi prioritas kami membangun gedung yang baik, termasuk jalan masuk ke sekolah," ujar Roni.
Roni menuturkan, kegiatan TMMD perlu dilaksanakan mengingat salah satu tugas Kodim adalah membantu Pemda dan masyarakat TTU dalam upaya percepatan pembangunan di daerah khususnya di perbatasan RI-Timor Leste.