Setelah mengenal anggur, Iwin semakin jatuh cinta, karena tanaman ini bisa disetting (atur) letak buahnya, kapan waktunya dan berapa banyak buah yang ingin dihasilkan.
Mimpi masa kecil ini menghembuskan energi ke tubuh Iwin. Sehingga dia mampu menerjang penghalang dalam mewujudkan tanaman anggur dengan kualitas baik.
Untuk membeli bibit dari Ukraina dan Jepang, Iwin muda harus menjual motor Tiger 2000 kesayangannya.
Dengan uang itu, dia membeli 36 varietas anggur secara bertahap. Namun anggur yang dia tanam gagal berkembang.
Cibiran pun datang dari tetangga, bahkan orangtuanya sendiri turut mencela.
"Semua orang mencibir, memandang remeh. Bahkan ada yang bertaruh STNK motor bahkan potong telinga, kalau anggur saya hidup," kata Iwin.
Iwin menjadi terpuruk. Setahun dia meninggalkan anggur. Mimpi itu wujud lagi, kala dia menyaksikan tayangan televisi tentang kebun anggur.
Isterinya terus memberi dorongan semangat.
Dia pun menjual motor yang baru lunas kredit untuk memulai dari nol. Dari penjualan motor, dia membeli bibit anggur namun mengalami penipuan.
"Saya beli 10 bibit dengan harga Rp 150.000. Tapi itu anggur hitam yang tidak enak dimakan," kata Iwin.
Berangkat dari cibiran dan penipuan itu, Iwin pergi ke Malang dan Medan untuk belajar mengenai menanam dan merawat anggur.
Sepulang dari tempat itu, Iwin sudah bisa mengembangkan 11 varietas anggur di pekarangan rumahnya.
Dari jumlah itu, hanya 3 varietas yang menjadi unggulan dan akan terus dikembangkan.
Dia sudah menguasai ilmu merawat anggur. Sehingga anggurnya tumbuh dan berbuah.
Orang-orang yang mencibir kemudian diundang Iwin untuk turut memanen dan mencicipi buah anggurnya.
Bagi yang malu datang ke kebun, Iwin mengantarkan buah anggur hasil panennya ke rumah orang yang dulu pernah membuatnya terpuruk.