BIMA, KOMPAS.com - Banjir yang merendam permukiman di empat kecamatan di Kabupten Bima, Nusa Tenggara Barat, belum sepenuhnya surut.
Saat ini sebagian warga memilih tetap bertahan di pengungsian karena rumahnya sudah tidak dapat ditinggali akibat tergenang air.
Dari pantauan Kompas.com, hingga Minggu (4/4/2021), sejumlah lokasi terutama yang berada di dekat sungai yang meluap masih tergenang.
Seperti terlihat di Desa Rato, Kecamatan Bolo, kondisi rumah warga tampak penuh lumpur dan sampah. Bahkan, material sisa banjir seperti kayu juga berserakan di jalan.
Selain itu, genangan air yang masih merendam perkampungan juga menjadi alasan warga belum ingin kembali ke rumah.
Genangan air pun bervariasi, berkisar antara 10 sampai 50 sentimeter. Kondisi itu membuat warga tetap bertahan di tempat pengungsian.
Baca juga: Puluhan Ribu Jiwa Terdampak Banjir Bima, Satu Tewas dan Jembatan Penghubung Ambruk
Salah satu tempat pengungsian yang ditempati warga adalah Masjid Besar Al Amin di Desa Rato.
Ully, warga yang terdampak mengaku memilih bertahan di pengungsian karena rumahnya sudah tidak dapat ditempati akibat tergenang air menyusul banjir yang terjadi pada Jumat (2/4/2021) sore.
Saat ini, ia dan warga lain mengungsi di masjid sejak Jumat malam. Namun sebagian warga juga mulai kembali ke rumah mereka masing-masing, untuk membersihkan sisa lumpur yang sempat terbawa banjir.untuk melakukan pembersihan.
"Sebagian memang sudah kembali karena banjir bersangsur surut dari kemarin, tapi yang lain termasuk saya masih bertahan di sini. Di kampung semuanya banjir, tapi sudah mulai surut namun rumah belum bisa ditempati, air masih tergenang di mana-mana," ujar Ully, warga Desa Rato saat ditemui di lokasi pengungsian.
Ully mengaku, genangan air di rumahnya masih cukup tinggi. Dengan alasan itu, ia bersama warga lain masih bertahan di pengungsian hingga kondisi di kampungnya aman.
Untuk bantuan makanan, Ully mengaku selalu tersedia. Pihak Pemkab Bima bersama relawan langsung mendatangi lokasi pengungsian.
Sejumlah bantuan berupa bahan makanan diberikan kepada warga terdampak.
Bahkan, jatah makan untuk seluruh pengungsi terpenuhi.
"Alhamdulillah, tercukupi. Selama di sini, keluarga juga terus berdatangan ngasih bantuan makanan," ucapnya
Sementata itu, Kasubid Penanganan Darurat BPBD Kabupaten Bima, Bambang Hermawan mengatakan, sedikitnya kurang lebih 800 warga mengungsi menyusul banjir bandang yang terjadi pada Jumat sore.
Mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman karena rumah mereka terendam air dengan ketinggian 50 sentimeter hingga dua meter setelah hujan deras yang mengguyur cukup lama.
"Diperkirakan korban mengungsi sebanyak 800 lebih jiwa. Mereka mengungsi di masjid-masjid dan rumah keluarga yang tidak terdampak banjir, namun sebagian warga sudah kembali ke rumah masing-masing," kata Bambang saat ditemui di kantor BPBD setempat.
Sementara itu, pemerintah memastikan bahwa bantuan logistik untuk korban banjir yang tersebar di empat Kecamatan tercukupi.
Bahkan, bantuan masih saja terus berdatangan dari berbagai pihak seperti sumbangan dari donatur, warga, maupun pengusaha yang peduli atas musibah tersebut.
"Di tempat pengungsian termasuk warga yang bertahan di rumah pasti setiap hari kami drop bantuan berupa beras, mi instan dan nasi bungkus, air mineral serta pakaian hangat, kelengkapan bayi dan keperluan rumah tangga lainnya. Bantuan juga berasal dari relawan, warga dan para dermawan," ujarnya
Ia menyatakan, secara keseluruhan banjir yang melanda Kabupaten Bima sudah surut, namun menyisakan genangan di sejumlah titik.
"Sampai hari ini memang ada genangan di beberapa titik, seperti beberapa desa di Kecamatan Woha dan Bolo," ujar Bambang
Lambatnya tingkat penyusutan air di wilayah terdampak terutama di bantaran sungai karena berada di dataran rendah, sehingga air cenderung lambat untuk surut.
Baca juga: Sederet Fakta Banjir Bandang di Bima, Rumah Hanyut hingga Warga Bertahan di Atap
Untuk menanggulangi genangan di permukiman tersebut, BPBD telah mempersiapkan peralatan untuk menguras air yang menggenangi perkampungan.
"Di beberapa lokasi itu memang perkampungan yang berada di dataran rendah, sehingga perlu dilakukan upaya penyedotan guna mengurangi volume air," tuturnya.
Baca juga: Banjir Landa Kabupaten Bima, Ibu Hamil dan Anak 5 Tahunnya Bertahan di Atap Rumah
Ia mengatakan, proses penyedotan air dilakukan menggunakan mesin pompa. Setelah disedot, air dibuang ke aliran sungai yang ada di sekitar lokasi banjir.
"Semua peralatan sudah kita siapakan. Insya Allah, petugas akan segera melakukan penyedotan di lokasi banjir, terutama di titik-titik yang berada di sekitar sungai," ucapnya.
Selain itu, BPBD terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk penanganan pasca-banjir.
Pemerintah Kabupaten Bima juga telah membuka dapur umum untuk mencukupi kebutuhan makan dan minum warga korban bencana banjir selama tiga hari ke depan.
"Dapur umum ini didirikan di kantor Dinas Sosial untuk menyuplai kebutuhan makanan bagi warga korban banjir selama tiga hari ke depan," kata dia
Hingga 4 April 2021, BPBD Kabupaten Bima mencatat sebanyak 7.958 rumah warga terendam. Sementara itu ada 21.662 jiwa yang terdampak.
Selain itu, terdapat 13 fasilitas umum yang mengalami kerusakan.
Beberapa fasilitas umum yang dilaporkan rusak berat adalah jembatan utama. Kerusakan jembatan terparah terdapat di Kecamatan Madapangga, yakni tiga jembatan terputus membuat lalu lintas lumpuh total.
Tiga jembatan itu adalah jembatan penghubung Desa Bolo dan Desa Rade serta jembatan penghubung Desa Campa.
"Selain itu, terdapat enam sekolah yang alami rusak ringan, yakni SDN Bre, SDN Belo, satu SMA, Kampus STKIP Taman Siswa, SDN Nisa, SMP 1 Woha. Sedangkan Fasum lainya seperti kntor Desa Padolo, Mushola Desa Belo dan kantor Unit PLN Wuha alami rusak ringan. Sedangkan korban jiwa bertambah jadi dua orang," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.