KOMPAS.com - Sejak butiran emas ditemukan di Pantai Pohon Batu, Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah, warga berbondong-bondong mendulang emas di sana.
Aktivitas tersebut dikhawatirkan dapat merusak lingkungan.
Hal ini disampaikan oleh pakar lingkungan dari Universitas Pattimura Ambon, Prof. Agustinus Kastanya.
Salah satu ancaman nyata adalah penggunaan zat kimia untuk mencari emas.
Biasanya, para pendulang emas menggunakan air raksa untuk memperoleh emas.
Menurut Agustinus, itu adalah jalan pintas yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.
"Barang itu (emas) kalau mau dapat harus ada itu (zat kimia). Mau ada atau tidak ada, tapi kalau orang mau cari jalan pintas itu di bawah. Di mana-mana sudah terjadi di semua wilayah pertambangan," tuturnya kepada Kompas.com, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Setiap Hari Warga Ramai Mencari Emas di Pantai Maluku Tengah, Ahli: Merusak, Sebaiknya Ditutup
Guru Besar Managemen dan Perencanaan Hutan Universitas Pattimura ini juga menyoroti aktivitas pendulangan emas dengan cara menggali lubang di pantai.
Kegiatan penggalian di pantai punya risiko sangat besar bagi kelangsungan lingkungan hidup di kawasan itu.
Agustinus memperkirakan, jika pendulangan dengan cara menggali lubang terus dilakukan, bakal berdampak terhadap kenaikan muka laut.
Selain itu, pantai juga akan mengalami abrasi.
"Tentu dampak penggalian di Tamilow itu mau dan tidak mau akan terjadi kenaikan muka laut air laut naik ada abrasi, serta kerusakan," sebutnya.
Baca juga: Dua Warga dari Luar Daerah Diusir saat Hendak Cari Emas di Pantai Tamilow, Ini Ceritanya