KOMPAS.com - Gubernur Papua Lukas Enembe bersama kerabatnya dideportasi dari Papua Nugini, Jumat (2/4/2021).
Hal itu terjadi karena Lukas tidak memiliki dokumen resmi saat tinggal di negara tetangga tersebut dan terbukti masuk melalui jalur ilegal.
Saat dimintai keterangan, Lukas mengakui tindakan tersebut. Alasannya pergi ke Papua Nugini untuk berobat.
Sementara di Maluku, aksi penambangan emas yang dilakukan warga di Pantai Pohon Batu menjadi sorotan pakar lingkungan.
Pasalnya, aktivitas penambangan yang tidak terkontrol tersebut berpotensi merusak lingkungan.
Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca di Kompas.com.
Berikut ini lima berita populer nusantara selengkapnya.
Gubernur Papua Lukas Enembe bersama kerabatnya dideportasi dari Papua Nugini.
Hal itu karena yang bersangkutan tidak memiliki dokumen resmi saat tinggal selama dua hari di negara tersebut.
Ironisnya lagi, saat masuk ke negara tetangga itu yang bersangkutan melewati jalur tikus atau secara ilegal.
Saat dimintai keterangan, lukas mengakui perbuatannya. Alasannya, karena ingin berobat ke Papua Nugini.
"Saya pergi untuk terapi saraf kaki, kalau saraf otak kita sudah terapi di Jakarta. Sama-sama konsul saya di sana, sejak hari pertama," ujar Lukas.
Baca juga: Gubernur Papua Lukas Enembe Pergi ke Papua Nugini Secara Ilegal, Lewat Jalan Tikus
Aktivitas penambangan emas yang dilakukan warga di Pantai Pohon Batu, Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah menjadi sorotan pakar lingkungan.
Pasalnya, aktivitas eksploitasi alam tersebut jika dibiarkan terus menerus dapat merusak lingkungan.
Pakar lingkungan dari Universitas Pattimura Ambon, Prof Agustinus Kastanya mengatakan, dampak yang bisa ditimbulkan akibat penggalian lubang untuk penambagan itu antara lain kenaikan muka laut.
"Tentu dampak penggalian di Tamilow itu mau dan tidak mau akan terjadi kenaikan muka laut air laut naik ada abrasi, serta kerusakan," ungkap Agustinus, Kamis (1/4/2021).
Oleh karena itu, pemerintah harus segera turun tangan dan menghentikan aktivitas tersebut.
Baca juga: Ahli Beberkan Ancaman Marabahaya di Balik Fenomena Pencarian Emas di Pantai Maluku Tengah, Apa Itu?
Klaster baru penyebaran Covid-19 muncul di Kabupaten Sleman.
Hal itu terungkap setelah salah seorang pegawai restoran yang ada Tlogoadi tersebut dinyatakan positif terpapar Covid-19 setelah melakukan rapid test antigen.
Setelah dilakukan tracing dan tes swab, 16 orang dari 24 pegawai di restoran tersebut terkonfirmasi positif Covid-19.
Karena tidak bergejala, mereka saat ini sudah diminta untuk melakukan isolasi mandiri.
Terkait dengan kasus itu, restoran tersebut kini telah ditutup sementara untuk dilakukan sterilisasi.
Baca juga: Berawal dari 1 Pegawai Restoran Tidak Enak Badan, Terbongkar 17 Orang Positif Covid-19
Pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan berakhirnya membuat pelaku sektor pariwisata dan seni kalang kabut.
Pasalnya, mereka nyaris tidak memiliki pendapatan sebagai dampak dari adanya pembatasan aktivitas masyarakat.
Menyikapi hal itu, Direktur Saung Angklung Udjo (SAU) Taufik Hidayat meminta pihak perbankan memberikan keringanan.
"Saya berharap BI dan bapak-bapak di sini bisa membantu. Saya juga meminta tolong, jangan ada debt collector ke sini," ucap Taufik.
Baca juga: Sulit Bayar Utang karena Pandemi, Saung Angklung Udjo: Tolong, Jangan Ada Debt Collector ke Sini
Banjir bandang menerjang sejumlah daerah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/4/2021).
Di Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, banjir menyebabkan ratusan rumah warga terendam air dan sebagian rusak.
"Ada 176 rumah yang terendam, tiga rumah rusak sedang, dan empat orang mengungsi terdiri dari seorang lansia dan tiga balita," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang Heru Subroto.
Selain rumah warga, banjir juga menerjang hotel Green Valey di kawasan Bandungan.
Menyikapi hal itu, pihaknya sudah menerjunkan para anggota dan relawan untuk membantu membersihkan lumpur dan material lain di lokasi kejadian.
Baca juga: Banjir Bandang Kabupaten Semarang, Ratusan Rumah Terendam dan Satu Hotel Rusak
Sumber: Kompas.com (Penulis : Dian Ade Permana, Reni Susanti, Dhias Suwandi | Editor : Khairina, Pythag Kurniati, Khairina).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.