Lukas Enembe kembali menjabat sebagai Gubernur Papua untuk masa jabatan 2018-2023. Ia juga tercatat sebagai Ketua DPD Partai Demokrat selama 3 periode.
Pada tahun 2019, Lukas Enembe ditolak masuk asrama oleh mahasiswa Papua di Surabaya.
Kedatangan Lukas terkait kasus pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya pada Jumat (16/8/2020).
Peristiwa tersebut bahkan memicu kerusuhan di beberapa wilayah di Tanah Papua. Saat itu mahasiswa Papua di Surabaya diteriaki dengan panggilan rasis oleh sejumlah oknum.
Lukas datang ke asrama bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indra Parawansa pada Selasa (27/8/2019) sore. Namun mereka ditolak masuk ke dalam asrama.
Penghuni asrama menggedor pintu gerbang dari dalam. Bahkan dari luar terlihat ada yang sudah mengangkat kursi lipat dan melempar kerikil.
Baca juga: Fakta Kedatangan Gubernur Papua di Surabaya, Disuguhi Papeda hingga Ditolak Masuk Asrama Mahasiswa
Di saat bersamaan terdengan nyanyian Papua Merdeka dari asrama mahasiswa Papua.
Atas pertimbangan keamanan, rombongan kedua gubernur itu pun kembali masuk mobil dan meninggalkan lokasi.
Sementara polisi mencoba menenangkan dan meminta kerumunan wartawan untuk bubar dari depan asrama.
Ikut dalam rombongan tersebut, Kapolda Jawa Timur Irjen Luki Hermawan dan Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Wisnoe Prasetja Boedi.
Baca juga: Kaleidoskop 2019: Pengepungan Asrama Mahasiwa Papua di Surabaya
Ia meminta ada penanganan yang serius bagi para pelaku rasisme, yang dalam konteks ini adalah oknum-oknum yang meneriaki para mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, dengan panggilan rasis.
"Tidak bisa disederhanakan, menyelesaikan masalah Papua bukan seperti itu. Masalah Papua sudah rumit, rasisme itu terjadi bertahun-tahun kepada mahasiswa Papua di Jawa," ujar Enembe usai melantik 11 pejabat di Lingkungan pemprov Papua, di Jayapura, Selasa 920/08/2019).
Baca juga: Senin, 2 Tersangka Aksi Protes Perusakan Bendera Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya Diperiksa
Ia juga menyayangkan pernyataan presiden yang tidak tegas dan belum dapat mengobati hati masyarakat Papua yang sedang terluka.
"Presiden hari itu (harus) perintahkan orang-orangnya tangkap, itu baru benar. Tangkap mereka, ini bukan (masalah) baru, ini sudah lama, rasisme terhadap pemain sepak bola juga terjadi" katanya.
Baca juga: YLBHI Minta Polri Transparan Ungkap Dugaan Diskriminasi terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya
Bila tidak ada jaminan kemananan dan keadilan, Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat pun sudah memiliki opsi untuk memulangkan seluruh mahasiswa yang tengah berkuliah di luar Papua.
"Di NKRI kalau (masih ada) rasisme begitu saya akan tarik semua mahasiswa. Saya tadi bicara dengan Gubernur Papua Barat untuk mereka datang ke sini dan bicara di sini untuk atur mahasiswa ditaruh di Unipa dan Uncen, saya tarik semua baru taruh mereka di sini," tuturnya.
SUMBER: KOMPAS.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.