Di yayasan tersebut, Yan mulai mengabdikan dirinya untuk melestarikan orangutan.
Baca juga: 9 Orangutan Dipulangkan ke Indonesia Setelah Diselundupkan di Malaysia
“Saya kan memang pernah menjadi mahasiswa bu Galdikas. Saya membiayai sendiri untuk menjadi relawan. Saya orang Indonesia-Amerika, banyak orang Indonesia berpikir: ‘wah enak ya jadi relawan, pasti dibayar banyak. Tidak sama sekali, saya dianggap sebagai relawan orang Amerika," kata Yan.
Relawan seperti Yan menangani berbagai pekerjaan yakni dari ikut membersihkan kandang hingga memberi makan.
“Tugas saya sih datang mengontrol, bagaimana kebersihan kandang, karena saya sudah tahu orangutan. Jadi 75% saya di Care Center, di tempat karantina. Sekarang ini berubah perilaku orangutan karena sudah terlalu lama di kandang."
"Jadi kalau mangga dikupas kadang tidak dimakan, terbuang. Lain kalau kita kupaskan dan dipotong-potong. Harus bisa kreatif dalam mengerjakan ini, jadi harus diatur bagaimana agar mereka suka sehingga tidak terbuang," jelas Yan.
Hutan Kalimantan yang luas menjadi habitat yang baik bagi orangutan. Tak heran jika Birute juga ikut melestarikan hutan di Kalimantan dengan menanam berbagai pohon.
“Kami menanam pohon asli, memulai menanam bibit sejak tahun 2017. Sejak itu sudah menanam 375.000 bibit sampai akhir tahun 2020. Memang waktu pandemik agak susah, karena orang tidak mau keluar dari desa,” ujar Birute.
Doktor Birute Galdikas yang pernah mengikuti konferensi orangutan di Serawak mengatakan, hanya terdapat 2.000 orangutan liar di Malaysia.
Baca juga: Momen Langka, Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting Lahirkan Bayi Kembar
Karena di Malaysia, mereka punya hak untuk memiliki senjata secara sah, dan mereka suka membunuh orangutan,
Sedangkan Indonesia mempunyai lebih banyak orangutan. Di Tanjung Puting, ada 5.000 orangutan liar.
“Sekarang di Taman Nasional Tanjung Puting dan sekitarnya, ada sekitar 5.000 orangutan liar dan Tanjung Puting adalah tempat di seluruh dunia yang mempunyai paling banyak orangutan,” ungkapnya.
Baca juga: Ini yang Bikin Dubes AS Terpukau Saat Berwisata ke Tanjung Puting
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Kalimantan Tengah Guntur Talajan mengatakan Taman Nasional Tanjung Puting sangat terkenal sebagai obyek wisata alam dan pendidikan, seperti dijelaskan
“Jadi gaya hidup liar orangutan yang bebas di hutan itu yang ditonton, dilihat, diteliti, bahkan menjadi obyek pendidikan baik bagi wisatawan maupun kalangan akademis, terutama untuk manca negara Eropa,” ujar Guntur.
Saat ini Doktor Birute Galdikas berada di Los Angeles, California. Ia menunggu waktu untuk bisa kembali ke Kalimantan setelah pandemi Covid-19 berlalu.
Peringatan 50 tahun pengabdiannya untuk pelestarian orangutan sejak tahun 1971 tepatnya bulan November nanti, ingin ia peringati di Kalimantan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.