Di dalam kawasan ini terdapat Plaza Nusantara seluas 10 hektar, yang akan meliputi area rekreasi, area duduk outdoor, jogging trek, jalur pejalan kaki, serta jalur buggy.
Bahkan dirancang pula terdapat amphiteather serta wilayah terbuka di mana rakyat bisa mengaksesnya secara bebas.
Wilayah-wilayah seperti ini dibutuhkan untuk semakin menumbuhkan kecintaan dan rasa bangga terhadap negara. Cara-cara rekreatif semacam ini akan jauh lebih mengena di hati rakyat.
Jika penggunaan ruang-ruang ini bisa dilakukan secara maksimal, Istana Negara dengan arsitektur inti patung Garuda akan tumbuh menjadi ikon baru. Bahkan magnet baru dunia pariwisata Indonesia.
"Pulau Kalimatan nyaris senantiasa tenggelam dalam perbincangan industri traveling, jika dibandingkan dengan daerah-daerah seperti Bali, Lombok, Yogyakarta, dan bahkan Raja Ampat," ucap dia.
Pulau dengan luas 743.330 kilometer persegi ini lebih dikenal sebagai pulau penghasil tambang setelah era kayu hutan berakhir.
Tanah dan rimba di pulau ini, senantiasa dikeruk untuk memenuhi hasrat ekonomi manusia. Ia tidak pernah dilihat sebagai pulau dengan eksotika kultural, yang sesungguhnya menjadi modal penting dalam pengembaraan industri pariwisata.
“Citra Kalimantan yang lekat dengan tambang dan hutan, harus diperbaiki dengan menyodorkan sebuah ikon baru. Istana Negara akan dengan cita rasa estetik sebuah karya seni, dengan penggunaan sains, serta teknologi dalam mewujudkannya,” ucap dia.
Cita rasa estetik dipergunakan sebagai framing, yang membangun citra keindahan, keteduhan, kedamaian, serta persaudaraan dalam perbedaan.
Sedangkan sebagai sebuah karya seni arsitektural, seluruh kalkulasi perwujudannya menerapkan dalil-dalil sains untuk menemukan unsur-unsur presisi, daya tahan, dan kekuatan.
"Seluruhnya akan dibangun dengan menggunakan teknologi pembesaran yang telah teruji dalam berbagai kesempatan pembangunan patung gigantis," ungkap dia.
Secara konsep dan bentuk, patung Istana Garuda akan menjadi istana presiden pertama di dunia yang dibangun sebagai sebuah karya seni.
Konsep ini akan mengedepankan estetika sebagai pijakan dasar, sebelum kemudian menerapkan dalil-dalil arsitektural untuk mewujudkannya menjadi sebuah building, yang layak, nyaman, mempertimbangkan soal-soal lingkungan, dan pantas sebagai sebuah simbol negara besar.
Sedangkan secara teknologis, Istana Negara akan menggunakan teknologi pembuatan patung yang telah dipatenkan.
Baca juga: Surplus Beras Tiap Tahun, Pj Gubernur Kalsel Usulkan Jalur Logistik Pangan untuk Ibu Kota Baru
Sosok Garuda dalam Istana Negara akan dibangun dari kerangka baja, cangkang dari tembaga dan kuningan. Kedua logam terakhir ini akan mengalami proses oksidasi sehingga perlahan-lahan akan berwarna hijau tosca, sebagaimana pula terdapat dalam patung GWK di Bali.
Dengan penerapan pola tersebut, Istana Negara di Kalimantan Timur, secara perlahan diharapkan tumbuh menjadi daya tarik baru bagi dunia pariwisata.
“Saya berharap semoga Istana Negara benar-benar menjadi rumah rakyat, tempat seluruh rakyat Indonesia mereguk nilai-nilai keadaban dan perdamaian, serta persaudaraan dan persatuan, agar bangsa ini terus bertumbuh menjadi bangsa yang sehat, kuat, dan besar sepanjang masa,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.