KOMPAS.com - Dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga menciptakan inovasi permen herbal imunomodulator untuk meningkatkan imunitas.
Permen herbal tersebut diinisiasi Dhanang Puspita dan Pulung Nugroho, dosen Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UKSW.
Kepada Kompas.com, Dhanang mengatakan ide permen herbal muncul karena saat ini banyak masyarakat yang mulai konsumsi jamu untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Baca juga: Dosen UKSW Ciptakan Permen Imunomodulator untuk Tingkatkan Imunitas
Atau untuk merangsang imunitas yang disebut imunomodulator.
Ia mencontohkan di Suku Toraja yang menggunakan ramuan herbal dari daun miana untuk obat batuk.
Menurut Dhanang masalah yang muncul adalah jamu herbal rasanya pahit sehingga sulit dikonsumsi terutama untuk anak-anak.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka di Salatiga Tunggu Persetujuan Gubernur Jateng
Karena alasan itulah ia membuat permen herbal dalam bentuk jelly.
"Bahkan di daerah tertentu seperti di Suku Toraja, sejak dahulu ramuan herbal daun miana digunakan sebagai obat batuk," paparnya.
“Permasalahannya, jamu herbal rasanya pahit dan kurang dapat diterima oleh lidah sehingga tidak semua orang bisa mengkonsumsi. Karena itu perlu upaya agar jamu bisa dinikmati semua orang dan semua kalangan, termasuk anak-anak."
"Kami mencoba membuat permen herbal dalam bentuk jelly sehingga kita bisa mengenalkan produk herbal ke dalam permen,” terang Dhanang.
Baca juga: 40.847 Warga Salatiga Sudah Divaksin, Wali Kota: Jangan Lengah, Covid-19 Masih Ada
"Proses pembuatan permen herbal ini diawali dengan ekstraksi untuk mengeluarkan senyawa bioaktif dalam tumbuhan miana dan sambiloto."
"Setelah itu dilakukan pemekatan dengan cara menambahkan bahan pengikat yang bertujuan untuk mengentalkan cairan dan menyalut senyawa bioaktif agar tidak rusak saat pengolahan dan menutupi rasa pahit," ungkapnya.
Tak hanya miana dan sambiloto, permen herbal tersebut mengandung saponin, tanin, dan flavonoid.