Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Garutan Punya Ratusan Corak, Baru Satu Dipatenkan, Itu Pun oleh Warga

Kompas.com - 31/03/2021, 11:57 WIB
Ari Maulana Karang,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS. comBatik Garutan jadi salah satu batik khas yang ada di Garut. Batik Garutan memiliki ciri khas sendiri dibanding batik-batik lain yang ada di Indonesia berupa warna dasar kain yang biasanya berwarna gading tulang.

Selain itu, ada tiga warna dominan yang selalu muncul dalam berbagai corak Batik Garutan yaitu ungu, biru dan cokelat.

Agus Sugiarto (53), perajin yang menjadi generasi kedua perajin Batik Garutan mengungkapkan, dengan warna dan kain yang khas, Batik Garutan memiliki ratusan corak. Namun, saat ini yang sering dibuat hanya puluhan.

“Ada 200 lebih corak Batik Garutan, tapi yang sering dibuat hanya sekitar 40 corak, mengikuti selera pasar saja,” katanya saat ditemui di gerai batik SHD miliknya, di bilangan Jalan Pembangunan, Tarogong Kidul, Senin (29/03/2021).

Baca juga: Sejarah dan Ragam Motif Batik Jawa Barat, dari Cirebonan hingga Iron Man

Corak-corak Batik Garutan ini, menurut Agus, merupakan warisan turun temurun, karena sampai saat ini belum ada perajin Batik Garutan yang mampu membuat corak batik sendiri. Sebab, tiap corak memiliki nilai filosofis tersendiri.

“Sampai sekarang belum ada yang bisa membuat corak baru, karena tiap corak ada nilai filosofisnya, biasanya sesuai dengan kondisi Garut,” jelas Agus.

Agus mencontohkan, untuk corak kumeli (kentang), corak ini menggambarkan salah satu potensi pertanian di Garut dan kehidupan para petaninya. Nilai-nilai filosofis corak inilah yang membuat pembuatan corak baru sulit. Apalagi, Agus sendiri merasa amanah dari orangtuanya yang juga perajin batik menyebutkan bahwa ia harus menggunakan corak-corak yang sudah ada.

Agus menuturkan, karena begitu banyak corak yang ada di Batik Garutan, setiap perajin saat ini memiliki corak yang jadi khas mereka masing-masing. Agus sendiri saat ini memiliki sedikitnya 40 corak yang menadi ciri khas Batik Garutan buatannya.

“Jadi kalau ada permintaan corak yang tidak ada di kita, kita bisa minta ke perajin lain. Karena proses pembuatan batik tulis memang tidak sebentar,” katanya.

Meski memiliki banyak corak, sepengetahuan Agus, sampai saat ini belum ada satu corak pun yang sudah dihakpatenkan. Soal hak paten corak Batik Garutan ini sebenarnya sudah pernah dicoba oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun, sampai saat ini realisasinya belum terwujud.

“Ya, kita ingin corak Batik Garutan ini dihakpatenkan agar jangan ditiru dan diaku jadi corak batik daerah lain atau negara lain,” katanya.

Selain soal hak paten, menurut Agus, perajin batik tulis dan cap saat ini sebenarnya sudah cukup kesulitan menghadapi serangan produk batik print pabrikan. Padahal, yang ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia adalah batik tulis dan cap, bukan batik print.

“Beda atuh batik tulis, cap dan print, yang ditetapkan Unesco itu batik tulis dan cap, kalau batik print mah pabrikan, bukan kerajinan,” katanya.

Agus menuturkan, untuk membuat satu lembar kain batik tulis, perlu proses yang panjang. Namun, batik tulis biasanya memiliki kekhasan dan kualitas yang tentunya berbeda dengan batik print buatan pabrik. Karena itu, harganya pun jauh beda.

Baru satu yang dipatenkan

Corak batik garutan yang diproduksi di Gerai Batik SHDKOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Corak batik garutan yang diproduksi di Gerai Batik SHD

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

Regional
[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com