Kokom (60), perajin lainnya menyebut, dalam sehari dia bisa mengerjakan 10-15 tungku.
Untuk proses pengerjaan sampai tungku siap jual bisa memakan waktu selama seminggu.
Namun, jika cuaca tidak mendukung, maka prosesnya bisa berminggu-minggu.
“Kalau cuaca kurang bagus, seperti hujan terus, bisa 2 minggu lebih sebelum bisa dibakar,” ujar Kokom.
Baca juga: Tips Usaha Minuman Kekinian, Harga Mulai Rp 5.000, Omzet Per Bulan Bisa Rp 60 Juta (2)
Di usianya yang sudah tak muda lagi, Kokom tidak merasa kesulitan dalam proses produksi tungku.
Namun, jika ada mesin atau alat pengaduk, Kokom merasa pekerjaannya akan sangat terbantu.
“Ya bagusnya memang ada mesin molen buat mengaduk bahan bakunya, karena selama ini dikerjakan manual. Jadinya tanggel (sukar) dan makan waktu,” ucap dia.
Kualitas tungku sudah diakui
Kendati proses pembuatan tungku ini masih dikerjakan secara manual, dari segi kualitas, produknya telah diakui pasar.
Pesanan tungku Ciluncat tak hanya dari Cianjur, melainkan dari berbagai daerah seperti Bandung, Bogor, Sukabumi, Subang, Purwakarta, hingga ke Provinsi Banten.
“Karena kualitasnya yang sudah diakui pasar itulah, tungku dari kampung ini masih terus berproduksi hingga sekarang,” kata Kepala Desa Cibadak Elan Hermawan kepada Kompas.com, Senin (29/3/2021).
Elan menuturkan, kendati jumlah perajin menurun dari waktu ke waktu, hingga kini mayoritas warga masih menekuni industri rumahan tersebut.
“Bahkan, selama setahun pandemi mereka tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar,” ucap Elan.
Selaku pejabat pemerintahan setempat, pihaknya terus memberikan dukungan, baik melalui kebijakan maupun pengalokasian anggaran.
“Tadi saya bicara dengan perajin, mereka membutuhkan alat seperti molen untuk mempermudah dan meningkatkan produksi. Kita akan coba sediakan,” kata Elan.
“Ini sudah masuk anggaran. kita dorong untuk kerja sama dengan Bumdes,” kata dia.
Elan bertekad, ke depannya tungku Ciluncat bisa menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Cianjur, kendati selama ini belum pernah mendapat sentuhan dari pemerintah daerah.
“Tak hanya bentuk yang sudah ada. Namun, ke depan akan coba dengan bentuk yang lain, seperti kendi, vas dan lainnya. Kaum mudanya juga sedang kita dorong untuk melestarikan usaha turun temurun ini,” ucap Elan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.