Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Sadar Manfaat Besar Lidah Buaya, Ibu Ini Bentuk Komunitas Budi Daya di Gunung Kidul

Kompas.com - 29/03/2021, 14:41 WIB
A P Sari

Penulis

KOMPAS.com – Tumbuhan lidah buaya memang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Situs Kompas.com menulis pada Sabtu (4/11/2017), khasiat tanaman dengan nama latin Aloe vera ini bahkan telah dikenal sejak ribuan tahun lalu.

Beberapa khasiat lidah buaya, di antaranya mengobati sengatan matahari, mempercepat penyembuhan luka, mengatasi iritasi, melembabkan kulit, mencegah penuaan dini, hingga meningkatkan kekebalan tubuh.

Berangkat dari ide itu, seorang ibu di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bernama Sumarni (54) pun bergegas mengajak ibu-ibu di desanya untuk membuka komunitas budi daya.

Selain karena memiliki manfaat luar biasa bagi tubuh, ide budi daya lidah buaya itu diniatkan Sumarni sebagai bentuk pemberdayaan ibu-ibu agar mandiri secara ekonomi.

Baca juga: Tak Hanya Kemanusiaan, Dompet Dhuafa Juga Bergerak Demi Melestarikan Lingkungan

Sebab, sama halnya dengan desa-desa lain di Gunung Kidul, Desa Katongan juga didominasi oleh persawahan tadah hujan. Alhasil, ibu-ibu di desa ini tidak memiliki kegiatan lain selain merawat sawah di musim penghujan.

“Di sini kan sawahnya tadah hujan, jadi ibu-ibu bantu suami di sawah. Kalau musim kemarau mereka tidak ada kegiatan ekonomi dan pemasukan,” kata Sumarni dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (29/3/2021).

Kemunculan ide dan niatan itu pun tidak datang langsung dari Sumarni. Diakuinya, ide itu muncul karena anaknya.

“Dulu di desa belum ada lidah buaya. Terus anak saya mengenalkan pada tumbuhan ini,” kenangnya.

Baca juga: Entaskan Kemiskinan, Program Dompet Dhuafa Farm Diapresiasi Wabup Deli Serdang

Bak gayung bersambut, niat baik Sumarni itu pun membuahkan hasil. Pada 2017, ia bertemu dengan Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Melihat upaya pemberdayaan Sumarni, Dompet Dhuafa pun membantu pengembangan budi daya lidah buaya itu. Sebanyak 100 keluarga dari tujuh rukun tetangga (RT) di Desa Katongan masing-masing mendapat 50 benih lidah buaya.

“Dulu dapat bantuan sebanyak 50 benih lidah buaya untuk setiap keluarga. Bibit diberikan untuk 100 keluarga. Jadi setiap rumah pasti ada,” cerita Sumarni.

Sejak saat itu, tumbuhan lidah buaya mulai menghiasi setiap sudut rumah di Desa Katongan. Karena tumbuh di setiap musim, ibu-ibu kini lebih produktif membudidayakan tanaman ini.

Baca juga: Dompet Dhuafa Bagikan 150 Al-Quran ke Madrasah di Padeglang

Lidah buaya jadi wisata dan produk olahan

Saking banyaknya orang membudidayakan lidah buaya, Desa Katongan pun saat ini dikenal sebagai “Desa Aloe Vera”.

Ketika memasuki pemukiman desa tersebut, akan terlihat berjejer tanaman lidah buaya. Tanaman ini ditempatkan di mana saja, mulai dari teras sampai atap rumah.

Karena keasriannya, tiap pekan desa itu selalu ramai dengan kunjungan wisatawan atau instansi yang ingin studi banding.

Sumarni (54), warga Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan produk minuman olahan dari tanaman lidah buaya. Produk ini berhasil dipasarkan hingga ke luar DIY.DOK. Humas Dompet Dhuafa Sumarni (54), warga Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan produk minuman olahan dari tanaman lidah buaya. Produk ini berhasil dipasarkan hingga ke luar DIY.

Selain membantu memberikan bibit, Dompet Dhuafa juga membantu menemani komunitas budi daya itu untuk mengembangkan produk terusan lidah buaya.

Baca juga: Dompet Dhuafa Luncurkan Layanan GeNose, Warga Tak Mampu Dapat Tes Gratis

Melalui diskusi dan beberapa kali uji coba, akhirnya produk minuman berbahan dasar lidah buaya pun lahir dari Desa Katongan.

Jika dulu pengemasan dilakukan secara sederhana, kini pengemasan produk minuman dilakukan lebih menarik. Bahkan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ikut serta membantu penelitian produk agar bisa awet lebih lama.

Masifnya produk-produk minuman lidah buaya ini pun menyibukkan Sumarni. Minuman ini memang laris manis, terbukti dari distribusi yang sudah mencapai luar Yogyakarta.

“Banyak orang pesan untuk oleh-oleh. Ada juga yang rutin kirim ke toko-toko dan ada yang langsung datang ke rumah. Kami juga punya pelanggan di Jakarta,” kata dia.

Baca juga: Atasi Kekeringan di Desa Suro, Dompet Dhuafa Bantu Buatkan Sumur Bor

Kini, Sumarni lebih sering menghabiskan waktunya di rumah untuk menyediakan pesanan olahan produk lidah buaya yang terus datang.

Ia bahkan telah mempekerjakan sembilan ibu-ibu untuk membantunya memproduksi produk minuman tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com