Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Pembuatan Jaring untuk Tangkap Burung Pipit di Sleman Menuai Polemik

Kompas.com - 26/03/2021, 09:45 WIB
Wijaya Kusuma,
Dony Aprian

Tim Redaksi

"Yang terjadi malapetaka China adalah ketika ekologinya terganggu, pembasmian emprit di sana justru membuat merebaknya hama lainnya. Akhirnya pertanian yang mau berjalan justru terpuruk," ucapnya.

Dia mengungkapkan, jika alasanya untuk pertanian, maka bisa dilakukan dengan cara-cara yang tidak berpotensi merusak ekosistem.

Zaman dahulu, petani sudah mempunyai cara dengan menggunakan orang-orangan sawah untuk mengusir burung Emprit yang memakan padi mereka.

"Kalau makan padi pun apa iya emprit serakus tikus? Kan enggak tahu juga. Lah wong tikus yang rakus aja masih bisa kendalikan," tuturnya.

Wakil Ketua DPRD Sleman Arif Kurniawan mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi terlebih dahulu untuk mengidentifikasi apakah burung pipit masuk dalam kategori hama.

"Kita koordinasikan dulu, jadi yang kategori hama baru kita identifikasi. Selama ini kan kita basmi kalau tikus ya, kalau burung emprit itu sedianya kalau sudah ditangkap nanti akan diolah menjadi makanan, jadi lauk," ujarnya.

Arif mengaku saat ini belum mendapat informasi burung pipit masuk kategori hama atau bukan.

"Saya pribadi belum bisa menyampaikan, apakah burung emprit itu termasuk dalam kategori hama, seperti tikus, seperti wereng. Kalau itu (tikus, wereng) dibasmi, tapi fakta (burung emprit) menganggu saat hampir panen itu pasti dimakan sama burung emprit itu," ungkapnya.

Menurutnya, dari dinas pertanian mengajukan beberapa program mata anggaran baru kaitanya untuk penanganan hama, termasuk permintaan jaring. 

"Kemarin dinas kita minta untuk mengidentifikasi program-program yang betul-betul efektif dan efisien untuk membantu petani itu yang mana. Kemarin kisarannya (anggaran yang diajukan) enggak banyak Rp 120 juta atau Rp 140 juta, tapi ini masih diskusi," tandasnya.

Dewan, lanjutnya, selalu terbuka untuk menerima masukan. Termasuk berdiskusi dengan dari berbagai pihak terkait penanganan burung emprit.

"Iya kita siap berdiskusi, saya kira itu bagian dari kita berupaya bagaimana penanggulangan hama tidak bertabrakan dengan kebijakan-kebijakan pelestarian lingkungan, alam, flora fauna yang ada," ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan Kabupaten Sleman Heru Saptono menyampaikan, anggaran diusulkan karena petani di beberapa tempat gagal panen akibat serangan burung pipit.

"Dibeberapa tempat memang gagal panen karena adanya serangan burung Emprit. Tidak hanya di Sleman Barat saja, tetapi di beberapa tempat juga, kadang-kadang kalau petani hanya menanam padi sedikit, itu kemudian tidak panen," ucapnya.

Melihat situasi yang dialami petani, lanjutnya, kemudian diinisiasi untuk menghalau burung Emprit ini agar tidak memakan padi petani.

Berdasarkan hasil uji coba di beberapa tempat, pemasangan jaring cukup efisien dalam menanggulangi serangan burung pipit.

"Atas dasar itu kita coba mengusulkan anggaran. Pilot plan ditempat-tempat tertentu yang skalanya masih kecil untuk diujicoba dan dengan demikian kemudian terjadi panen setelah dikasih jaring tadi, serangan Burung Emprit terhadap tanaman padi berkurang, petani bisa panen," tandasnya.

Menurutnya, cara konvensional menggunakan kentongan maupun orang-orangan sawah memang dirasakan petani tidak efektif. Sebab, burung pipit selalu kembali datang untuk memakan padi.

"Ketika dibunyikan pergi, setelah itu datang lagi, akhirnya jerih payah petani yang mulai menanam, berpanas-panas, ternyata nggak panen. Kemudian dicoba untuk itu," urainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com