“Omzet terbesar satu bulan pernah sampai Rp 80 - 85 juta awal pandemi. Saya tahan-tahan agar ada yang tidak terjual. Kalau dibiarkan bisa langsung habis kaktus di sini,” kata Joko.
Tangan dingin
Awalnya, seorang teman menitipkan sekardus sukulen muda dan kaktus umur masih 2-3 bulan. Sebenarnya tanaman itu dekorasi cafe, namun banyak yang mati. Joko menceritakan, temannya menitipkan untuk dirawat.
Semuanya tumbuh segar dalam perawatan. Orang-orang yang melihat tertarik untuk membeli. Joko dan temannya melihat ini sebagai peluang.
Mereka membeli dan berburu tanaman hias ini sampai ke Lembang, Jawa Barat, dan Kopeng di Jawa Tengah pada 2017.
Setelah berbagai percobaan, Joko mulai serius membuka usaha ini meski kecil-kecilan di Bantul, awal 2018. Usahanya yang semakin besar membuat Joko memberanikan diri keluar kerjaan dari perusahaan terkait produk hasil hutan.
Ia dan Dini berniat berdikari jualan kaktus. Mereka pun membukanya di Panjatan, Kulon Progo.
Tak lama kemudian, pandemi datang. Omzet penjualan pun meningkat tajam hingga puluhan juta rupiah per bulan.
Baca juga: Kisah Bang Jack, Eks Napiter Perakit Bom Bali 1 yang Kini Sukses Jualan Soto
Kegigihan itu membuahkan hasil sehingga mereka bisa membangun rumah ukuran rumah 24x8 meter di lahan 400 meter persegi di Bojong. Ia juga membangun green house di depan, samping dan belakang rumah.
“Sekarang bisnis kaktus berangsur normal (tidak seperti awal pandemi). Satu bulan bisa menjual 1.000 – 1.500 kaktus. Omzet sekitar Rp 30-an juta satu bulan,” kata Joko.
Foto produk
Nila Umardini (44) penggemar tanaman hias. Ia menghabiskan Rp 120.000 untuk membeli kaktus Gymnodamsii dan beberapa sukuken, seperti lidah katak atau Drimiopsis, Kalanchole, Cereus peruvianus dan Optia SP, beserta pot-pot hias ukuran 10 Cm.
Nila mengaku sengaja berburu tanaman setelah berselancar di dunia maya. Bukan hanya karena perawatannya yang mudah dan gampang dikembangbiakkan, keindahan kaktus cocok untuk dekorasi ruang rumah. Ia meletakkan di teras depan, lemari, meja tamu, hingga kursi sudut.
“Saya sengaja berburu kaktus untuk keperluan usaha dan mempercantik ruangan,” kata Nila di rumahnya Jogoyudan, Wates, Kulon Progo.
Bagi Nila, kaktus hias itu jadi bagian dari usaha yang sedang dirintisnya. Nila pekerja swasta yang sedang WFH sepanjang pandemi. Ia memanfaatkan waktu untuk mengembangkan bakat minat di dunia kuliner dan menjahit.
Hampir setiap hari ia menghasilkan produk, difoto, lantas diunggah sebagai status dan jualan lewat media sosial.
Ia tidak lupa memanfaatkan sukulen dan kaktus mininya sebagai latar belakang foto.
“Setiap hari update. Dengan kaktus hias jadi semakin menarik,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.