SUKABUMI, KOMPAS.com - Sejumlah pengungsi kembali menempati rumah mereka yang berada di lokasi tanah bergerak di kaki perbukitan Gunung Beser, Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat.
Para penyintas bencana geologi ini sebelumnya mengungsi di SDN Ciherang. Ada juga yang sebelumnya mengungsi ke rumah kerabat dan menyewa rumah di lokasi lain.
Para pengungsi mengaku jenuh karena selama lebih kurang 2 bulan, hunian sementara (huntara) atau hunian tetap (huntap) untuk relokasi belum terealisasi.
Baca juga: Warga Kesulitan Air Bersih akibat Tanah Bergerak di Kaki Gunung Beser Sukabumi
"Sudah hampir 3 bulan mengungsi di sekolah, menunggu huntara, jenuh juga," ujar Omasih (53) saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Selasa (23/3/2021).
Apalagi, menurut Omasih, sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan.
Selain itu, dia punya cucu yang baru berusia 4 bulan, sehingga kebutuhan sehari-hari juga akan meningkat.
"Kalau bulan puasa di rumah lebih nyaman, kalau kerja juga bebas," kata Omasih yang sudah tidak memiliki suami.
Baca juga: 129 Rumah Terdampak Tanah Bergerak di Sukabumi Harus Direlokasi, Disiapkan Lahan PTPN
Rumah tempat tinggal Omasih termasuk dalam kategori terancam tanah bergerak.
Lokasinya tepat di pinggiran tanah ambles dengan kedalaman sekitar 3-4 meter.
"Sekarang menghadapi panen padi, jadi harus ke sawah ikut bekerja memanen. Lumayan buat bekal puasa," kata Omasih yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani.
Hal senada diakui penyintas lainnya, Komin (45) yang rumahnya juga terancam rusak akibat tanah bergerak.
Dia kembali ke rumahnya karena jenuh tinggal di tempat pengungsian.
Apalagi dia harus mengurus ibunya yang juga dipindahkan karena tanah bergerak.
"Kalau di rumah bisa mengurus ibu yang sudah sepuh, apalagi mau puasa. Juga bisa sambil ke sawah, kan sebentar lagi mau panen," kata Komin.
Gelombang pengungsi yang kembali ke rumah di permukiman Batukutil sudah berlangsung sepekan sebelumnya.
Mereka sebelumnya mengungsi ke rumah keluarga dan menyewa rumah di kampung yang berbeda.
"Sudah ada sekitar delapan keluarga yang kembali ke rumah," kata salah seorang penyintas tanah bergerak bernama Mulyadi (51).
Dia menuturkan, warga yang sebelumnya menyewa rumah sudah kehabisan uang untuk biaya mengontrak.
Setiap bulan, warga yang mengontrak harus mengeluarkan uang minimal Rp 500.000 untuk sewa rumah, listrik dan air.
"Sementara penghasilan warga sekarang sangat minim, bahkan banyak yang tidak kerja," tutur Mulyadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.