Tiga tahun sudah Syamsul Hadi (50) menyimpan garam-garam yang ia produksi di gudang miliknya.
Sampai sekarang, belum ada pembeli dari pengusaha garam yang tertarik terhadap barangnya.
"Sekarang tidak ada yang mau beli garam. Sudah tiga kali musim kembalit (kemarau) garam ini tidak ada yang mau beli," ucap Hadi.
Dahulu, Syamsul biasanya menjual garam-garam itu seharga Rp 10.000 sampai Rp 15.000 untuk satu karung yang berisi 20 kilogram garam.
Syamsul menduga, kondisinya tersebut bermula usai masuknya pesaing yang memproduksi garam kristal murah ke daerahnya.
"Kan di Desa ini banyak juga pembuat garam halus, bahan bakunya dari garam kasar seperti kami ini, tapi sekarang mereka beli yang luar daerah, dengan harga murah," kata Hadi.
Syamsul merasa sangat merasa terpukul dengan kondisi ini, apalagi dia adalah kepala rumah tangga.
"Kami hanya bisa pasrah, kami bertahan hidup cari ikan, udang di laut untuk makan, kalau banyak dapat, kami jual," tutur Hadi.
Baca juga: 3 Tahun Garam Tersimpan di Gudang, Petani: Kalau Terus Seperti Ini, Kita Bisa Mati