Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluh Kesah Petani Tegal: Panen Raya Harga Sedang Anjlok, Pemerintah Kenapa Impor Beras

Kompas.com - 22/03/2021, 18:58 WIB
Tresno Setiadi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

TEGAL, KOMPAS.com - Petani di Kota Tegal, Jawa Tengah, menolak dengan tegas rencana pemerintah mengimpor beras 1 juta ton karena meresahkan dan menilai tidak berpihak ke petani lokal.

Ketua Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Sumber Ekonomi Kaligangsa, Munaseh (77) mengatakan, selain karena memasuki musim panen raya, harga gabah petani saat ini juga sedang anjlok.

"Sangat tidak setuju sekali. Petani panen raya, harga gabah anjlok, pemerintah malah impor," kata Munaseh di Tegal, Senin (22/3/2021).

Baca juga: Petani Dinilai Paling Dirugikan Dengan Kebijakan Impor 1 Juta Ton Beras

Munaseh menyebut, meski impor baru rencana, namun sudah berdampak luas ke petani. Salah satunya harga anjlok dan tak diminati pembeli.

"Harga gabah saat ini merosot, tidak ada yang beli. Mungkin karena dampak berita rencana impor," kata Munaseh.

Menurutnya, saat harga normal, satu kwintal gabah kering dihargai Rp500.000. Saat ini merosot menjadi Rp350.000 per kwintal.

"Harga segitu saja tidak ada yang beli. Dampak dari apa saya tidak tahu. Mungkin dampak berita pemerintah mau impor," katanya.

Munaseh menyebut petani sangat resah karena dipastikan merugi. Untuk biaya produksi sekali tanam hingga panen mencapai Rp 18 juta per hektar sawah.

Baca juga: Polemik Impor Beras, ke Mana Seharusnya Kebijakan Pemerintah Berpihak?

Sementara dari satu hektar sawah, biasanya menghasilkan 5 hingga 6,5 ton gabah kering.

"Karena harga anjlok akan kita simpan dulu. Karena dari pemerintah termasuk Bulog juga belum ada yang ke sini," katanya.

Munaseh mengaku kondisi petani saat ini sangat memprihatinkan. Balik modal saja sudah untung apalagi bisa dapat laba.

Belum lagi, kondisi tersebut diperparah dengan sulitnya mendapat pupuk bersubsidi.

Kartu Tani yang menjadi sarat mendapatkan pupuk tak kunjung diterimanya meski sudah mendaftar sejak 2015.

Baca juga: Polisi di Tegal Dilarang ke Tempat Hiburan Malam, Warga yang Melihat Diminta Melapor

Untuk itu, Munaseh sangat berharap pemerintah tak jadi impor dan bisa menyerap gabah petani lokal dengan harga yang normal.

"Harapannya petani lokal bisa diberi prioritas. Termasuk agar dimudahkan dalam membeli pupuk dengan diberikan Kartu Tani," sebutnya.

Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kota Tegal Riswanto mengatakan, pihaknya bersama GP Ansor sengaja terjun ke lapangan untuk menyerap keresahan petani.

"Kebijakan pemerintah impor 1 juta ton beras tentu akan sangat merugikan petani," kata Riswanto.

Untuk itu, Riswanto berharap pemerintah seharusnya menyerap hasil produksi gabah petani lokal dan membatalkan rencana impor beras.

"Ini agar ekonomi petani lokal bisa terangkat dan petani semakin sejahtera," kata Riswanto.

Baca juga: Pasutri di Tegal Meninggal akibat Covid-19, Sempat Hadiri Reuni Sekolah di 3 Kota

Riswanto sendiri berencana beraudiensi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal melalui instansi terkait.

Salah satunya untuk menanyakan mengapa Kartu Tani tak kunjung terbit.

"Kita akan mendorong pemerintah agar Kartu Tani bisa dipercepat. Kita akan datang menemui dinas. Karena dari 150 anggota Gapoktan ternyata baru dua yang memiliki Kartu Tani," kata Riswanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com