JOMBANG, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat puluhan perajin manik-manik di Jombang ,Jawa Timur, tak mampu menjalankan usahanya hingga akhirnya gulung tikar.
Semenjak pandemi Covid-19 melanda, 89 perajin manik-manik di Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, menghentikan pengiriman produk ke berbagai daerah dan luar negeri.
Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan para perajin manik-manik karena pasar luar negeri tertutup dan terbatasnya pemesanan dari dalam negeri.
Ketua Asosiasi Pengusaha Manik (APMA) Kabupaten Jombang, Muhammad Kodri mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama satu tahun membuat 60-an perajin terpaksa menghentikan usahanya.
Meski sudah berusaha bertahan dengan cara mengencangkan ikat pinggang atau merumahkan sebagian karyawan, namun langkah itu tak banyak menolong.
Dalam setahun terakhir, ungkap dia, puluhan perajin manik manik berguguran dan kini hanya menyisakan 30-an perajin yang masih eksis.
"Pandemi sangat berdampak kepada perajin manik-manik. Banyak teman-teman yang tidak bisa bertahan, akhirnya gulung tikar," kata Kodri kepada Kompas.com, Senin (22/3/2021).
Kerajinan manik-manik di Desa Plumbon Gambang, Kabupaten Jombang, sudah berlangsung sejak 1989 dan saat ini sudah memasuki era generasi ketiga.
Sebelum berlangsung Pandemi Covid-19, manik-manik hasil produksi para perajin di Jombang mampu menembus 10 negara di Asia dan Eropa.
Selain pasar luar negeri, manik-manik Jombang juga banyak diminati pasar dalam negeri dan secara kontinu dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia.
Sebelum dilanda Pandemi Covid-19, 89 perajin manik-manik mampu menyedot 509 tenaga kerja yang berasal dari Desa Plumbon Gambang.
Kemudian dari sisi omzet penjualan, rata-rata perbulan berkisar antara Rp 1,5 miliar hingga Rp 1,8 miliar perbulan.
"Tapi sekarang, sejak ada pandemi Covid-19 paling hanya di angka Rp 300 juta per bulan. Jauh sekali dari yang sebelum-sebelumnya," ungkap Kodri.
Para perajin yang masih bertahan, jelas Kodri, hanya tinggal 30 persen. Sebagian besar sudah beralih profesi sembari menunggu situasi yang lebih baik untuk kembali menggeluti usaha kerajinan manik-manik.