BLITAR, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar hanya mampu menemukan 643 kasus tuberkulosis (TBC) sepanjang 2020.
Jumlah tersebut hanya 24,99 persen dari target temuan kasus TBC yang ditetapkan yaitu sebanyak 2.573 kasus.
"Tentu rendahnya capaian ini tidak bisa dilepaskan dari situasi pandemi Covid-19," ujar Plt Kabid Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Blitar Eko Wahyudi kepada Kompas.com, Senin (21/3/2021).
Sementara, sejak Januari hingga awal Maret tahun ini, ujar Eko, pihaknya baru menemukan 66 kasus baru TBC.
Baca juga: Mengintip Dapur Kerja Perajin Manik-manik, Ubah Limbah Kaca Jadi Produk yang Diminati Dunia
Jumlah itu jauh dari target temuan kasus TBC tahun 2021 yang ditetapkan yaitu sebanyak 2.112 atau 80 persen estimasi jumlah kasus di Blitar.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku secara nasional, estimasi kasus TBC di sebuah daerah didasarkan pada rasio 221 kasus per 100.000 penduduk.
Dengan jumlah penduduk sekitar 1,164 juta, Kabupaten Blitar memiliki potensi kasus TBC sebanyak 2.572.
Menurut Eko, pandemi membuat penanganan masalah-masalah kesehatan di masyarakat menjadi terdampak.
Situasi itu, lanjut dia, di satu sisi membuat otoritas kesehatan hingga tingkat bawah menjadi kurang aktif, di sisi lain masyarakat pun menahan diri untuk datang ke fasilitas kesehatan, baik untuk berobat maupun memeriksakan diri.
Angka kematian akibat TBC di Kabupaten Blitar sepanjang 2020 tercatat sebanyak 55 kasus atau sekitar 8,55 persen dari jumlah temuan kasus.
Eko mengatakan, sebenarnya pasien penderita penyakit TBC memiliki harapan sembuh yang tinggi karena sudah terdapat obat untuk penyakit tersebut.
Hanya saja, lanjut Eko, terapi pengobatan berlangsung cukup lama yaitu antara 6 hingga 8 bulan.
Selama itu, pasien tidak boleh terputus dalam pengobatannya.