"Kami hanya bisa pasrah, kami bertahan hidup cari ikan, udang di laut untuk makan, kalau banyak dapat, kami jual," tutur Hadi.
Sukur (60) yang juga petani di desa tersebut juga mengalami kondisi serupa.
Ayah dua anak ini menurutkan, akibat tak kunjung terserap, garam yang disimpan di gudang habis terbawa banjir.
"Saya punya kemarin 2 ton garam, tapi habis karena banjir kemarin, air laut naik, kita rugi," kata Sukur.
Sukur menduga garamnya tak kunjung terserap karena pandemi Covid-19.
Sukur menuturkan, ia sudah bergabung dalam kelompok petani garam. Namun, hal tersebut menurutnya tidak banyak membantu.
Dia berharap pemerintah dapat membantu petani garam untuk menyerap garam-garam yang masih mengendap di gudang-gudang. (Penulis Kontributor Lombok Tengah, Idham Khalid | Editor Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.