Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Lumba-lumba Mati Terdampar di Pantai Tapanuli Selatan, Saksi Mata: Sebelumnya Ada Ribuan Ekor di Pinggir Pantai

Kompas.com - 21/03/2021, 18:02 WIB
Oryza Pasaribu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TAPANULI SELATAN, KOMPAS.com - Sebelum satu ekor lumba-lumba ditemukan mati dan terdampar di pinggir Pantai Desa Muara Upu, Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), warga sempat menyaksikan ribuan ekor lumba-lumba berada di tengah dan pinggir laut.

Kepala Desa Muara Upu Husnul Amir Harahap menceritakan, saat ditemukan kondisi lumba-lumba sudah dalam keadaan mati.

Namun sebelum penemuan tersebut, ia sempat menyaksikan ribuan lumba-lumba bergerombol di pinggir hingga ke tengah laut.

"Sejauh mata memandang ke laut, semuanya hampir dipenuhi lumba-lumba. Makanya saya menaksir jumlahnya ribuan," ujar Husnul.

Baca juga: Seekor Lumba-lumba Mati Terdampar di Pantai Tapanuli Selatan, Sebelumnya Terlihat Banyak

Husnul mengaku tidak sempat mendokumentasikan pemandangan yang terbilang langka tersebut, ia beralasan saat itu tidak membawa selulernya.

"Tidak sempat saya dokumentasikan, karena tidak bawa hp dan mau pergi ke kebun," kata Husnul.

Husnul menyebut, penampakan ribuan lumba-lumba itu terjadi pada Jumat (19/3/2021) sekitar pukul 11.00 WIB.

"Biasanya hanya di tengah laut saja dan waktunya pagi hari, jumlahnya juga tidak banyak seperti kemarin. Tapi yang itu luar biasa, seperti pasar malam saja," ujar Husnul lewat pesan singkatnya kepada kompas.com, Minggu (21/3/2021).

Husnul mengaku, penampakan lumba-lumba berlangsung cukup lama. Diyakininya sekitar tiga jam. Karena ketika ia kembali dari kebun, masih terlihat ada lumba-lumba.

"Pukul tiga sore saya pulang dari kebun, masih ada saya lihat lumba-lumba. Dan mendapat kabar dari warga ada lumba-lumba yang terdampar dan sudah dalam keadaan mati," ucap Husnul.

Baca juga: Warga dan Petugas Damkar Evakuasi Lumba-lumba Penuh Luka Terdampar di Muara Luwu Sulsel

Husnul menduga, kematian lumba-lumba tersebut akibat hendak memakan ikan-ikan kecil dan berada terlalu dekat dengan pinggir pantai. Sehingga, terbawa arus ombak ke pinggir pantai dan tidak bisa kembali ke tengah.

"Perkiraan saya karena terbawa ombak hingga ke pinggir pantai, dan tidak bisa kembali lagi. Biasanya lumba-lumba ini hendak memakan ikan-ikan kecil dan mengejarnya," ujar Husnul.

Enam tahun terkahir 2 lumba-lumba ditemukan mati

Husnul mengatakan, penemuan bangkai mamalia laut itu bukan kali pertama. Sepanjang hidupnya menetap di Desa Muara Upu, sudah dua kali dan dua lumba-lumba ditemukan mati.

"Ini yang kedua ditemukannya lumba-lumba dalam keadaan mati, dan sebelumnya sekitar enam tahun yang lalu," kata Husnul.

Husnul menjelaskan, dia dan masyarakat lainnya sering menyaksikan lumba-lumba ketika sedang mencari ikan di laut.

"Kalau sebanyak kemarin, baru kali ini. Dan biasanya sering jumpa di tengah laut. Dan jarang sampai ke pinggir laut," ungkap Husnul.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Lumba-Lumba Kena Penyakit Misterius Mematikan

Warga susah mencari ikan gara-gara ada gerombolan lumba-lumba

Husnul menjelaskan, banyaknya gerombolan lumba-lumba tersebut, juga menjadi kendala bagi warga yang sehari-hari menggantungkan hidupnya di laut.

Karena, warga jadi kesulitan untuk mencari ikan. Dan hasil tangkapan pasti sedikit.

"Memang korbannya juga nelayan, karena jadi susah mendapatkan ikan," ucap Husnul.

Namun, munculnya lumba-lumba tersebut bisa menjadi hiburan bagi nelayan. Karena kemunculannya yang jarang terjadi.

"Saya seumur hidup, baru tiga kali melihat lumba-lumba. Dua kali ketika memancing di tengah laut, dan kali ketiga yang kemarin," ucap Husnul.

 

Bangkai Lumba-lumba tertimbun sendiri

Husnul mengatakan, bangkai Lumba-lumba tersebut ditaksir berukuran panjang sekitar satu meter dan beratnya sekitar 25-30 kilogram.

Husnul tidak mengetahui jenisnya secara pasti, namun bentuknya tidak besar dan berwarna putih kehitaman.

"Biasanya ada yang warna putih keabu-abuan, yang ditemukan kemarin warna putih kehitam-hitaman," sebut Husnul.

Ia mengaku, bangkai lumba-lumba tersebut tidak ditanam, namun tertimbun dengan sendirinya ke dalam pasir.

"Tidak ditanam, tertimbun sendiri," aku Husnul.

PLN belum masuk, infrastruktur jalan buruk

Husnul menyebut, Desa Muara Upu adalah satu-satunya desa di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara.

Desa itu, memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 19 kilometer.

Selain keindahan pemandangan dan lautnya, pantai di Desa Muara Upu juga dikenal sebagai tempat bertelurnya banyak jenis penyu. Dan salah satunya, jenis Penyu Belimbing yang dikenal langka.

Namun sayangnya, keindahan alam yang bisa menjadi potensi wisata di desa tersebut, tidak didukung dengan infrastruktur yang baik.

"Akses jalan ke desa kami sangat rusak parah, begitu juga dengan PLN (listrik) sampai saat ini belum ada. Hanya PLTS saja, dan itupun sudah tidak bisa digunakan lagi." Keluh Husnul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com