KOMPAS.com - Publik dikejutkan dengan berita tentang Ajun Brigadir Polisi (Abrib) Bharaka Zainal Abidin alias Asep yang dinyatakan hilang saat gempa bumi dan tsunami di Aceh, 2004 silam.
Setelah 17 tahun berlalu, pria yang diduga Asep ditemukan dirawat di RSJ Zainal Abidin di Banda Aceh.
Berbicara Aceh adalah berbicara tentang keberagaman.
Baca juga: Polisi yang Diduga Selamat dari Tsunami Aceh Bersuara Pelan, Ikut Bernyanyi Lagu Brimob
Di Aceh, tercatat kehadiran suku bangsa seperti Kamboja, Cham, Persia, dan Portugis yang secara tak langsung memberi budaya Aceh termasuk mempengaruhi kuliner di Serambi Mekkah.
Kuliner Aceh pada umumnya berbumbu intens dan memerlukan proses acquired taste untuk bisa disukai bagi mereka yang baru mencicipinya.
Bumbu-bumbu kuliner Aceh memiliki rasa kuat seperri kuliner India dan Arab. Dua bumbu khas di Aceh adalah plik dan asam sunti.
Plik adalah parutan kelapa yang difermentasikan selama beberapa hari dan digunakan sebagai bumbu dengan aroma yang khas.
Baca juga: Cerita Asep, Kilas Balik Gempa dan Tsunami Aceh 2004, Ratusan Ribu Jiwa Jadi Korban
Sementara asam sunti adalah belimbing sayur atau belimbing wuluh yang dikeringkan di bawah sinar matahari.
Dan berikut tujuh kuliner Aceh yang dikutip dari buku 100 Makanan Tradisional Indonesia Mak Nyus yang ditulis Bondan Winarno:
Bahan utamanya adalah mi telur berwarna kuning kunyit cerah dengan penampang agak besar.
Ada tiga pilihan mi aceh yakni goreng, kering, goreng setengah basah, dan berkuah. Pilihan proteinnya cukup banyak yakni daging sapi, daging ayam, udang, atau kepiting.
Mi aceh disajikan dengan taburan bawang merah, emping goreng, serta acar mentimun, dan bawah merah,
Sajian gurih-pedas cocok dinikmati dengan es timur kerok khas Aceh.
Baca juga: Resep Mi Aceh Kuah, Nikmat Disantap Selagi Hangat