YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, mencatat produksi gabah di masa tanam pertama melebihi target.
Selama ini sebagian besar petani memilih menyimpan hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan, sebagian besar petani di Gunungkidul sudah memasuki masa panen tahap pertama.
Adapun data yang diperoleh Padi Sawah luas lahan 7.325 hektar, padi gogo luas lahan pertaniannya 40.594 hektar. Total dari lahan pertanian menghasilkan produksi gabah mencapai 248.270 ton.
"Pada masa tanam pertama ini kita targetkan 240.000 ton tetapi sudah tercapai 248.270 ton. Padahal masih ada 533 hektar padi sawah belum panen," kata Raharjo saat dihubungi Jumat (19/3/2021).
Baca juga: Soal Impor Beras dan Garam, Wabup Nganjuk Minta Mendag Lebih Dulu Berdialog
Dijelaskan, beberapa faktor yang membuat panen melebih target yakni saat ini musim yang tergolong baik untuk padi lahan kering, terpenuhinya pupuk bagi petani, dan varietas padi unggul, serta hama penyakit.
"Untuk bibit bantuan pemerintah 2020 disalurkan 2000 hektar benih padi inbrida, dan 5000 hektar padi gogo ditanam pada masa tanam pertama.
Raharjo mengatakan, untuk masa tanam kedua petani sudah mulai menanam sebanyak 5.632 hektar.
"Untuk hasil panen, sebagian disimpan dan dijual sebagaian untuk kebutuhan rumah tangga petani," ucap Raharjo.
Baca juga: Ganjar soal Rencana Pemerintah Impor Beras: Nanti Saja Lah, Terlalu Dini
Sementara salah seorang petani di wilayah Patuk, Ranto Wiyatno mengaku hasil panen pertama hasil dua bidang sawahnya menghasilkan 20 karung besar gabah, yang dipanen sepekan lalu.
Namun dari hasil itu, tidak ada yang dijual hanya digunakan sendiri atau digunakan untuk menyumbang warga yang sedang hajatan.
Dia mengatakan, dalam setahun dirinya bisa memanen 2 kali padi, dan 1 kali palawija. Hal itu cukup untuk kebutuhan keluarga selama setahun.
"Di sini jarang yang menjual hasil panen padi, kalau saya sendiri hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan tradisi di sini untuk menyumbang orang yang sedang hajatan," kata Ranto.
Baca juga: Petani di NTB Khawatir Rencana Impor Beras Buat Harga Padi Merosot