Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Kebijakan Impor, 20.000 Ton Garam Industri di Sabu Raijua NTT "Nganggur" Tak Laku Dijual

Kompas.com - 21/03/2021, 11:30 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Nasib garam Sabu Raijua,  pembeli tak datang,  harga anjlok

Produksi garam di Sabu Raijua mulai dilakukan sejak tahun 2015 lalu dengan luas lahan 102 hektar.

Garam yang dihasilkan dari tambak geomembran di Sabu Raijua adalah garam industri (kasar) kualitas super dengan kadar NaCl 96,20 persen.

"Kualitas garam itu, merupakan hasil uji Laboratorium Baristand Surabaya," kata Pian.

Pian menjelaskan, jumlah garam yang dihasilkan setiap bulannya yakni 2.000 ton.

Kebijakan impor garam pada 2018 lalu kata dia, berdampak buruk pada penjualan garam lantaran pembeli tak lagi datang ke Sabu Raijua untuk membeli garam.

Sebelum tahun 2018, harga garam di Sabu Raijua per kilogram dijual mulai Rp 1.200 hingga Rp 1.500.

Namun, hingga saat ini harga anjlok menjadi Rp 500 hingga Rp 700 per kilogram.

Baca juga: Dilema Petambak Garam Indramayu di Tengah Rencana Impor Garam: Harga Anjlok, Ratusan Ton Menumpuk di Gudang

Kemudian pada tahun 2019 garam yang terjual hanya 1.200 ton dari total produksi 8.500 ton.

Kondisi itu diperparah lagi dengan pandemi Covid-19 pada awal 2020 lalu, semua kapal pengangkut garam tidak beroperasi, termasuk juga industri garam tidak beroperasi optimal.

"Dampaknya, penjualan garam dari Sabu Raijua ke Pulau Jawa berhenti total," kata Pian.

Pian mengatakan, saat ini semua gudang yang ada di Sabu Raijua tidak lagi menampung garam, sehingga terpaksa disimpan di luar dengan ditutupi terpal.

"Pemerintah daerah berharap dapat bekerjasama dengan industri-industri yang menggunakan garam dengan mutu terbaik dalam jangka waktu menengah dan panjang sehingga produksi garam tidak menumpuk yang tentu akan ada biaya tambahan untuk penyimpanan," kata dia.

Baca juga: Jeritan Petani Garam di Tengah Rencana Pemerintah Impor Garam: Ribuan Kantong Tertimbun di Gudang

Sebelumnya diberitakan, sejumlah petani garam di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyayangkan kebijakan pemerintah pusat yang mengimpor garam dari luar negeri.

"Puluhan ribu ton garam di wilayah kami NTT nganggur, kenapa pemerintah pusat mesti impor lagi garam dari luar negeri. Kami sangat kecewa," ungkap Koordinator Petani Garam Kecamatan Raijua, Barnabas Nite (40), saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu (20/3/2021).

Menurut Barnabas, khusus di Kecamatan Raijua, terdapat ribuan ton garam yang masih ditumpuk di 20 gudang.

Bahkan kata dia, saking penuhnya garam menyebabkan gudang penyimpanan menjadi jebol.

Akibatnya banyak garam yang sudah di-packing di karung akhirnya berserakan di luar.

"Kebijakan pemerintah impor garam, ini sangat merugikan kami para petani garam. Kami tidak bisa jual lagi dan ini jadi beban buat kami yang kerja garam. Ini bukan hanya susah saja tapi setengah mati," keluhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com