Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Hobi, Ita Kini Punya Usaha Budidaya Kaktus dengan Omzet Rp 20 Juta Sebulan

Kompas.com - 19/03/2021, 09:54 WIB
Idham Khalid,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Ita Suyanti (50), seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Pagutan Barat, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), tak menyangka bisa memiliki usaha dengan omzet puluhan juta rupiah sebulan.

Ita merupakan salah satu pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang menjual tanaman kaktus di Mataram.

Saat memasuki rumah Ita di Mataram, deretan tanaman kaktus beraneka jenis memadati halaman dan pagar.

Usaha itu bermula dari kegemarannya memelihara tanaman kaktus. Sekitar 2010, Ita membeli sebuah kaktus kepada pedagang yang melintas di depan rumahnya dengan sepeda.

"Awalnya dari hobi, saya suka terhadap kaktus, waktu itu ada seorang bapak-bapak berjualan, terus saya beli," kata Ika saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (18/3/2021).

Kaktus yang diberi dari pedagang tersebut ternyata tumbuh dan berkembang. Ita lalu mencoba menjual beberapa pot kaktus.

Baca juga: Kebijakan Bupati Pamekasan Alihkan Tunjangan ASN untuk Penanganan Covid-19 Menuai Keluhan

Awalnya, Ita mencoba menjual tanaman hias itu di pinggir jalan. Tak disangka, banyak orang yang tertarik membeli.

“Kan biasanya di pinggir jalan itu ada lapak makanan, tapi saya coba jualan di pinggir jalan, dan ternyata laku banyak (kaktus) jadi senang,” kata Ita.

Pengalaman berjualan itu membuat kecintaan Ita terhadap kaktus meningkat. Ia menyisihkan uang hasil penjualan untuk membeli tanaman kaktus jenis lain.

Kendala yang dialami

Ita pun berpikir untuk memperluas usahanya. Ia mencoba menitipkan kaktus tersebut di beberapa toko, seperti toko pakaian hingga makanan.

Suasana rumah Ibu Ita dipenuhi tanaman kaktus di depan halaman rumahnyaKOMPAS.COM/IDHAM KHALID Suasana rumah Ibu Ita dipenuhi tanaman kaktus di depan halaman rumahnya

Namun, usaha itu tak mendapat hasil yang diinginkannya. Menurutnya, kaktus yang dititipkan di toko tak dipasarkan dengan baik, karena bukan dirinya sendiri yang menjual.

Ia pernah mendapat telepon dari pemilik toko untuk mengambil kaktus yang telah dititipkannya, pihak toko tak mau bekerja sama lagi.

“Awal-awal memang agak susah, sempat saya sedih, saat itu pihak toko menyuruh saya menarik kaktus, mungkin karena lakunya lama,” kata Ita.

 

Meski begitu, semangat Ita tak surut. Ia justru semakin bersemangat dan memilih berjualan kaktus di rumah.

Mulut ke mulut dan media sosial

Untuk memasarkan produknya, Ita awalnya memanfaatkan jaringan pertemanan. Ia menjual kaktus ke teman-temannya.

Tak jarang Ita juga memberikan tanaman gratis jika temannya itu mampu membawa sejumlah orang untuk berbelanja di rumahnya. Strategi itu digunakan Ita sebelum memanfaatkan media sosial.

“Dari teman ke teman sudah, kalau ada yang bisa bawa temanya kembali untuk beli kaktus. Saya gratiskan satu,” kata Ita.

Suasana rumah Ibu Ita dipenuhi tanaman kaktus di depan halaman rumahnyaKOMPAS.COM/IDHAM KHALID Suasana rumah Ibu Ita dipenuhi tanaman kaktus di depan halaman rumahnya

Pada 2015, Ita mencoba memanfaatkan aplikasi pesan instan WhatsApp untuk memasarkan kaktusnya. Ita menyasar sejumlah grup WhatsApp yang dimilikinya sebagai tempat berjualan.

Baca juga: Cerita Yance Mengolah Lahan Kritis Jadi Produktif, Terapkan Sistem Irigasi Tetes yang Dipelajari di Israel

Ibu rumah tangga itu juga membuat akun Instagram bernama @icakaktuscinta. Ica merupakan nama anak semata wayangnya.

Omzet capai Rp 20 juta

Kini, Ita memiliki lebih 1.000 tanaman kaktus di rumahnya. Dari jumlah itu, terdapat 160 jenis kaktus yang berbeda.

Harga kaktus yang dijualnya juga bervariasi, mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 1 juta.

Salah satu kaktus paling mahal yang dijualnya adalah jenis micky mouse yang sudah berumur tiga tahun, harganya Rp 1 juta.

 

Menurut Ita, omzet berjualan kaktus mulai naik sejak Juni 2020. Kenaikan omzet sampai 100 persen.

“Mungkin karena pandemi, kita tau ibu-ibu yang bosan di rumah, kemudian memilih untuk memelihara tanaman kaktus ini, penghasilan sebulan biasa Rp 10 juta, jadi Rp 20, bahkan sampai 26 juta,” kata Ita.

Di rumah yang disulap sebagai tempat memelihara kaktus itu, terdapat empat pegawai yang membantu Ita. Seorang karyawan bertugas sebagai perajin gerabah membuat pot kaktus, dua orang mengecat pot, dan satu pegawai untuk membungkus pesanan pembeli.

Suasana rumah Ibu Ita dipenuhi tanaman kaktus di depan halaman rumahnyaKOMPAS.COM/IDHAM KHALID Suasana rumah Ibu Ita dipenuhi tanaman kaktus di depan halaman rumahnya

Pelanggan Ita tak hanya dari Matara, kaktusnya telah terjual hingga Jakarta dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Harapan Ita, ia memiliki kebun yang luas sehingga bisa leluasa dan kreatif membudidaya tanaman kaktus suatu hari nanti.

Baca juga: Pemimpin KKB Menyerahkan Diri, Kapolda Papua: Semoga Makin Banyak yang Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Wanita bergelar Sarjana Peternakan ini mengaku, pernah ada tawaran dari bank yang meminjamkan uang untuk memperluas usahanya, namun dirinya menolak karena masih belum siap.

Jika ada investor yang ingin mengajaknya bekerja sama membangun usaha, ia sangat terbuka untuk menerima tawaran tersebut.

Ita pun berpesan kepada masyarakat agar menekuni hobi dengan baik.

“Apapun hobimu, lakukan dengan baik, dan cobalah berinovasi melakukan hal yang baru agar orang itu tertarik, dan menghargai karya kita” kata Ita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Regional
2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Regional
Erupsi Gunung Ruang, PVMBG: Ada 2 Kampung Terdekat Berjarak 2,5 Km

Erupsi Gunung Ruang, PVMBG: Ada 2 Kampung Terdekat Berjarak 2,5 Km

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Cekcok Pemuda Berujung Saling Serang di Kota Tual Maluku, 1 Korban Tewas

Cekcok Pemuda Berujung Saling Serang di Kota Tual Maluku, 1 Korban Tewas

Regional
Ayah Perkosa Anak Kandung Sampai Hamil di Banten, Sempat Temani Persalinan

Ayah Perkosa Anak Kandung Sampai Hamil di Banten, Sempat Temani Persalinan

Regional
Melihat Kesibukan Warga Jawa Tondano Menyambut 'Bakdo Kupat'

Melihat Kesibukan Warga Jawa Tondano Menyambut "Bakdo Kupat"

Regional
Motif Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Sakit Hati karena Tak Dianggap

Motif Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Sakit Hati karena Tak Dianggap

Regional
Silsilah RA Kartini, Pejuang Emansipasi yang Berdarah Biru

Silsilah RA Kartini, Pejuang Emansipasi yang Berdarah Biru

Regional
Korban Meninggal Bentrok di Tual Maluku Dimakamkan

Korban Meninggal Bentrok di Tual Maluku Dimakamkan

Regional
Jeffri Kaget Kaus Merahnya Dipakai oleh Pembunuh Ibu dan Anak di Palembang, Diambil Pelaku dari Rumah Kosong

Jeffri Kaget Kaus Merahnya Dipakai oleh Pembunuh Ibu dan Anak di Palembang, Diambil Pelaku dari Rumah Kosong

Regional
Tradisi Sungkem Tlompak, Wujud Syukur Masyarakat Lereng Gunung Merbabu

Tradisi Sungkem Tlompak, Wujud Syukur Masyarakat Lereng Gunung Merbabu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com