Para pelajar yang melintasi jembatan darurat itu juga harus saling berpegangan tangan, sebab mereka takut jika jembatan darurat itu ambruk.
Guru SD Petra Neldiana Mau mengatakan, memang sangat berbahaya melintasi jalur ini.
Apalagi, kalau musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi, para pelajar dan dirinya terpaksa tak melewati jalur itu karena sangat berbahaya.
"Ada akses jalan lain, tetapi itu jauh sekali, jaraknya 5 kilometer dan anak-anak harus berjalan sejauh itu untuk ke sekolah," tambah dia.
Baca juga: Panglima TNI: Setelah Divaksin Harapan Kita Imunitas Naik, Lebih Kuat Menghadapi Covid-19, tapi...
Siprianus menuturkan, masalah ini sebenarnya sudah pernah disampaikan ke DPRD Kota Kupang.
DPRD menghadirkan pihak Badan Pertanahan Nasinal (BPN) untuk mencari tahu akses jalan itu.
BPN kemudian melakukan pengukuran ulang di lokasi itu. Hasilnya pembangunan pagar pembatas itu memakan akses publik.
Oleh karena itu, ia berharap agar Pemerintah Kota Kupang harus turun tangan dalam masalah ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.