Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Yance Mengolah Lahan Kritis Jadi Produktif, Terapkan Sistem Irigasi Tetes yang Dipelajari di Israel

Kompas.com - 18/03/2021, 16:38 WIB
Nansianus Taris,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Yance Maring (30), pria asal Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mempelajari pertanian di Israel.

Kesempatan itu diperoleh Yance setelah lolos dalam sebuah tes yang diadakan sebuah perusahaan swasta. Yance merupakan salah satu peserta yang lulus dari NTT.

Yance berada di Israel selama sembilan bulan dalam rentan 2018-2019. Salah satu hal yang dipelajarinya di sana adalah sistem irigasi tetes.

Setelah kembali ke Kabupaten Sikka, ia mulai menanam sayuran di lahan kering milik warga di Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok, pada April 2020.

Ia menggarap lahan seluas satu hektare dan menanam berbagai sayuran dan buah-buahan.

Meski tanah yang digarap itu kategori kritis, dengan modal pendidikan yang diperoleh di Israel, Yance mengubah lahan itu menjadi produktif.

Yance mengatakan, ide awal menanam tanaman hortikultura di lahan kering itu muncul karena dirinya mendapat pendidikan tentang sistem irigasi tetes di Israel.

Sistem irigasi tetes itu digunakan di daerah dengan kondisi kering. Lahan pertanian di daerah kering itu tetap bisa tumbuh dengan baik berkat sistem itu.

Baca juga: Percepat Pemulihan Ekonomi, 3 Kepala Daerah di Surabaya Raya Akan Genjot Investasi

"Ketika kembali, saya melihat kondisi NTT kususnya Sikka kurang lebih sama dengan Israel, bahkan di sana masih lebih kritis kondisinya," tutur Yance kepada Kompas.com di kebunnya, Rabu (17/3/2021).

Yance mengatakan, tanah yang saat ini diolahnya itu merupakan lahan kering karena curah hujan terbatas. Karena itu, tidak banyak petani yang ingin memproduksi tanaman pertanian kususnya hortikultura. Musim panas pasti keterbatasan air.

"Karena keterbatasan air itu, saya menerapkan sistem irigasi tetes. Menurut saya, sistem ini menjadi solusi yang tepat," kata Yance.

Sistem irigasi tetes, kata dia, cocok di daerah yang minim persedian air karena hemat. Namun, memang membutuhkan biaya yang mahal untuk membeli selangnya.

Ia menjelaskan, sistem irigasi tetes itu menggunakan teknologi short message service (SMS) dan Wifi untuk melakukan penyiraman dan pemupukan tanaman.

Ia membeli alat rakitan serorang alumni ITB Bandung melalui internet, namanya modul SMS. Alat itu menggunakan solenoid valve, keran air otomatis untuk dihubungkan ke timer dan internet.

Jaringan selang irigasi tetes dan pipa dihubungkan ke timer dan Wifi serta ventury injector untuk pencampuran pupuk dan pemupukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com