KARAWANG, KOMPAS.com - Sebuah bangunan mushala yang tergolong mewah berdiri di Kampung Karokrok, Desa Jatiragas Hilir, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Tempat ibadah itu bernama Mushala Darul Iman Attauhid.
Mushala ini berlantai dan berdinding marmer.
Pada bagian luar terdapat emas seberat sekitar 2 kilogram.
Baca juga: Pajajaran Bukan Kerajaan, Ini 4 Fakta di Balik Kerajaan Sunda
Jemaah atau pengunjung yang datang akan menyaksikan 4 emas batangan yang ditanam di lantai teras mushala.
Pengurus mushala menyebut, terdapat berlian yang berada di menara.
Menara di bagian tertinggi mushala bertuliskan mercusuar dunia.
Masuk ke dalam mushala, terlihat langit-langit dengan lukisan awan yang dihiasi ornamen bintang.
Selain itu, terdapat mushala khusus bagi mereka yang datang dari perjalanan jauh.
Dindingnya bercorak cokelat, dengan langit-langit berlukiskan awan dan lampu kristal.
Mushala ini berdiri di bekas kebun buah seluas 5.000 meter persegi.
Uniknya, di dalam kompleks mushala juga terdapat tempat ibadah bagi umat non-muslim, taman, hingga tempat istirahat.
"Melambangkan toleransi, di depan kan ada tulisan Bhineka Tunggal Ika," ujar Encep Hasan Basri selaku juru bicara keluarga Sugandi, pemilik mushala saat ditemui, Selasa (16/3/2021).
Baca juga: Barang Milik Marbot Mushala di Tangerang Dicuri, Korban: Saya Ikhlas
Encep menyebut, bangunan mushala, ornamen, berikut bangunan di sekitarnya mempunyai filosofi masing-masing.
Namun ia menyebut bahwa kompleks mushala dibangun tanpa dirancang lebih dulu.
Perancangan dilakukan sambil dilakukan pembangunan.
Encep mengatakan, mushala dan bangunan di sekitarnya menghabiskan biaya sekitar Rp 11 miliar.
Pembangunannya murni dibiayai oleh Sugandi, pemilik Panti Sehat Yayasan Putra Galunggung Darul Islam Attauhid.
Panti tersebut merupakan tempat penyembuhan penderita gangguan jiwa dan rehabilitasi pecandu narkoba.
"Biaya sekitar Rp 11 miliar termasuk ornamen, emas batangan, dan berlian yang berada di menara dan bayaran untuk pekerja," kata dia.
Mushala ini dibangun pada 2014 hingga 2017.
Namun, bangunan kembali disempurnakan setelah 2017.
Ada 60 pekeja yang membangun mushala itu.
"Pekerja kita kasih reward satu buah motor. Waktu itu harganya sekitar Rp 14 jutaan," ujar Encep.
Baca juga: Kisah Kopka Ade Casmita, Lumpuh Setelah Disengat 8 Tawon Ndas
Menurut Encep, mushala yang berada di sudut Kota Subang itu dibangun bukan untuk menunjukkan kemewahan.
Namun, pembangunan mushala itu untuk menumbuhkan rasa nyaman saat beribadah.
Sebab, tamu yang datang ke yayasan milik Sugandi kian hari kian banyak.
Itu sebabnya mushala ini didirikan jauh dari keramaian.
"Biar saat beribadah nyaman, khusyuk. Saat masuk ke lingkungan pun pikiran menjadi segar dan teduh," ujar dia.
Encep mengatakan, kegiatan keagamaan di mushala itu dilakukan seperti biasa.
Setiap malam Senin dan Jumat, dilakukan pengajian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.