Adapun tim diketuai oleh Diana, wakil ketua Annelicia Eunice Arabelle, Nadiya Nurul, dan Kevin Tedjasukmana.
Sementara para pembimbing yaitu Kaprodi S-1 Teknik Biomedis Aripin dan Sari Ayu Wulandari.
Hasil deteksi dari proses tersebut akan berupa sinyal analog, kemudian dikonversikan melalui alat bernama analog to digital convertion (ADC).
Setelah proses konversi dilanjutkan mencari karateristik dan ekstraksi menggunakan teknik PCA.
Dari hasil tersebut akan menghasilkan dua indikator yakni high dan low.
"Jadi ada cahaya nanti cahayanya dipilah menjadi mejikuhibiniu begitu kemudian diukur serial. Merah berapa, kuning berapa, dan seterusnya kemudian dimasukkan algoritma," jelas pembimbing, Sari Ayu.
Saat ini proses pengurusan hak paten masih dilakukan. Selain itu, Gluconov akan lebih memperluas hasil deteksi tidak hanya low and high saja.
"Pengajuan draft hak paten sudah dilakukan tapi masih perlu perbaikan ternyata," jelas Sari Ayu.
Alat tersebut mendapatkan medali emas dalam ajang Asean Innovation Science and Entrepreneur Fair 2021 dengan judul Gluconov-The Non-invasive Blood Sugar Detector. Lomba dilakukan tanggal 18 Februari 2021 lalu secara daring.
"Pengumuman tanggal 23 Februari 2021. Penjurian secara daring. Dapat medali emas," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.