Dalam proses pemilihan biji kopi, pihaknya bekerja sama dengan subak, kelompok tani, dan petani rekanan. Kemudian melibatkan para lansia dan pemberdayaan ibu-ibu di pedesaan untuk menyortir biji kopi.
"Dengan kegiatan ini, para lansia bisa lebih produktif, aktif dan lebih bahagia dalam menikmati masa tua," kata dia.
Saat merintis bisnisnya, Sukarsana terkendala dengan pemasaran produk. Namun, ia rutin mengikuti pelatihan dan menemukan cara paling efektif menjual produknya.
Ia pun memilih menjual secara online melalui e-commerce seperti Shopee, Blibli, hingga Tokopedia.
"Beruntung dari dulu kami sudah menyasar e-comerce, sehingga di masa pandemi banyak di sana, kami juga optimalkan sosmed, Instagram, google bisnis, Facebook, WhastApp," kata dia.
Sementara pengolahan dan toko fisik berada di kawasan Ubud, Gianyar.
"Kami tak stok kopi dalam waktu lama, ketika ada order baru kami kerjakan," katanya.
Baca juga: Soal Deposit Rp 100 Juta untuk Tempat Hiburan Umum di Surabaya, Ini Penjelasan Pemkot
Ia memiliki saran kepada masyarakat yang ingin terjun di dunia usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Pertama memiliki keyakinan dan rasa suka terhadap produk yang dijual.
Jadi, harus tahu secara detail produk yang dijualnya. Masyarakat juga harus tahu kelebihan produk dan yang membedakannya dengan milik usaha lainnya.
Lalu, konsisten dengan usaha yang dijalankannya.
"Pembedanya apa ini harus digali dan konsisten enggak produk ini. Jangan-jangan mundur kalau ada satu masalah," katanya.
Sukarsana juga mengingatkan para pelaku usaha agar rajin mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah dan berbayar.
Bisa juga dengan belajar dari komunitas pengusaha dengan produk yang sama. Terakhir adalah digitalisasi produk untuk dipasarkan secara daring.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.