YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Yogyakarta memiliki julukan kota pelajar, banyak mahasiswa maupun siswa dari daerah lain menjalani studi di kota ini.
Namun, predikat kota pelajar memiliki sisi kelam. Salah satunya adalah permasalahan kejahatan jalanan atau sering disebut dengan klitih.
Klitih tidak hanya baru-baru ini mencuat ke tengah-tengah warga Yogyakarta, tapi sudah sejak tahun 1990-an telah ada di Yogyakarta.
Baca juga: Harapan Jokowi Usai Tinjau Vaksinasi Massal 517 Seniman dan Budayawan Yogyakarta
Pameran seni bertajuk Museum Lost Space coba menunjukkan bukti-bukti Klitih sejak 1990-an hingga sekarang ini.
Digelar di Galeri Lorong, Dusun Jeblok, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, pameran ini menunjukkan nama-nama geng, sketsa peta di mana geng berada, hingga senjata yang digunakan untuk melancarkan aksi klitih di jalanan Yogyakarta.
Berbagai macam senjata dipamerkan pada pameran ini seperti, pedang, gir, buntut ikan pari, knuckle, hingga korek api.
Bahkan beberapa senjata memiliki nama di kalangan geng klitih seperti pedang pencabut nyawa.
Yahya Dwi Kurniawan, salah satu seniman dalam pameran ini, menjelaskan tujuan dari dibuatnya pameran ini adalah untuk memberikan edukasi kepada pelaku klitih, dan juga masyarakat.
Baca juga: Hari Pertama Vaksinasi untuk Lansia di Yogyakarta Hanya Tercapai 60 Persen
Menurut dia, klitih tidak begitu saja terjadi tetapi banyak hal yang menyebabkannya terjadi.
"Klitih tidak terjadi begitu saja, tetapi saat saya melakukan observasi selama 8 bulan ternyata banyak variabelnya. Seperti yang sering ditemui mereka anak-anak muda kehilangan ruang untuk berekspresi," kata Yahya ditemui di Galeri Lorong, Kamis (11/3/2021).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.